GORAJUARA – Rebo Wekasan merupakan tradisi sedekah bumi yang berupa selamatan, yang dilakukan setiap Rabu terakhir di bulan Safar.
Bagi sebagian masyarakat di Indonesia, Rebo Wekasan memiliki makna tersendiri sehingga mereka menyambutnya dengan mengadakan ritual khusus, yang dipercaya dapat membuang sial.
Tradisi Rebo Wekasan, konon katanya, pertama kali dilaksanakan pada masa Wali Songo, yang mana ada ulama yang mengatakan, jika pada bulan Safar Allah SWT menurunkan lebih dari 500 macam penyakit.
Baca Juga: Wanita Iran Mahsa Amini, 22, Tewas Dipukuli Polisi: Terkena Serangan Jantung?
Untuk menghindari dari terjangkitnya penyakit tersebut dan terhindar dari musibah, maka ada yang melakukan tirakat dengan banyak berdoa dan beribadah.
Bahkah ada juga yang namanya selamatan kampung, agar warganya jangan bepergian jauh, tidak melanggar pantangan, harus mandi safar yang bertujuan untuk membuang sial.
Baca Juga: Bacaan surat Yasin lengkap, Arab, Latin, dan Terjemahannya
Tentang tradisi Rebo Wekasan ini hampir di tiap daerah tata dan caranya berbeda,dari mulai ada yang mengerjakan salat sunnah dan pembacaan doa tolak bala, doa bersama dan lainnya.
Dalam Kanzun Najah Wassurur, dijelaskan mengenai hal terkait Rebo Wekasan, Syaikh Abdul Hamid Al Qudsi menyebutkan ada seorang ahli mukasyafah, menyebutkan tirinnya bala bencana pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.
Bahkan di jaman orang Arab Jahilyah waktu itu suka memuji dan mencela sebagian bulan, semisal bulan Saffar dianggap sial banyak bencana, penularan penyakit atau orang mati rohnya jadi burung.
Namun menurut hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, tidak ada dalam ajaran islam yang namanya bulan sial.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَلاَ هَامَةَ ، وَلاَ صَفَرَ
“Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Safar” (HR. Bukhari dan Muslim).***