GORAJUARA - Menurut pakar psikologi forensik Reza Indragiri, kebohongan akan bisa diketahui setelah manusia melakukan perbandingan antara kenyataan dengan pernyataan.
Lalu Reza menambahkan, tidak ada seorangpun, termasuk operator lie detector, yang mengetahui kejadian di TKP pembunuhan Brigadir J.
Oleh karenanya, Reza menilai alat pendeteksi kebohongan (lie detector) tidak sepenuhnya bisa dipercaya.
Pernyataan Reza ini terkait pemeriksaan para tersangka terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J dengan menggunakan alat pendeteksi kebohongan (lie detector).
"Alih-alih mengukur perbandingan antara pernyataan dan kenyataan, alat ini (lie detector) mengukur perubahan-perubahan fisiologis manusia ketika berhadapan dengan pernyataan atau pertanyaan tertentu," jelas Reza.
Lie detector hanya bisa mendeteksi kebohongan melalui perubahan-perubahan fisiologis seperti kucuran keringat, pupil mata yang membesar, detak jantung yang semakin kencang, dan suhu badan yang meninggi.
Sementarai itu, perubahan-perubahan fisiologis tidak mutlak menjadi tanda-tanda orang sedang berbohong.
Menurut Reza, detak jantung yang bertambah kencang belum tentu menunjukkan kebohongan seseorang.
Detak jantung yang bertambah kencang bisa disebabkan ketika berolah raga, sakit demam, bahkan ketika sedang terintimidasi.
Baca Juga: Sri Asih Resmi Rilis Trailer Terbarunya. Simak Yu!
"Jadi, degup jantung bertambah kencang ternyata bukan penanda mutlak bahwa seseorang sedang berdusta," ujarnya.
Tanda-tanda seseorang berkeringat yang semakin banyak, bisa saja terjadi ketika seseorang merasa gerah karena berada di tempat yang bersuhu panas atau ketika sedang cemas.