GORAJUARA - Jika mendengar kata koperasi, masih banyak orang yang memandang sebelah mata. Kesannya terlalu kolot, tidak kekinian, dan birokrasinya panjang.
Namun, ternyata koperasi justru bisa menjadi salah satu solusi menstabilkan perekonomian. Hal tersebut disampaikan Pengawas Koperasi Ahli Muda Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Diskop UKM) Kota Bandung, Erna Abdillah.
"Salah satu contoh koperasi berhasil di Kota Bandung yang anggotanya mencapai 18.000 orang berasal dari masyarakat yakni Koperasi Rukun Ikhtiar," ungkap Erna.
Baca Juga: Umat Muslim di Indonesia Diimbau Periksa Lagi Arah Kiblat pada 15 dan 16 Juli 2023, Mengapa?
Kantor Koperasi Rukun Ikhtiar berada di Jalan Otista. Sudah berdiri sejak tahun 1930.
"Prinsip koperasinya masih dijaga, anggotanya juga benar-benar punya rasa memiliki. Sehingga mereka bayar tepat waktu. Perekonomian anggotanya juga bisa dibilang stabil dan makmur," ujarnya.
Selain itu, ia menyebutkan koperasi terbesar dengan jumlah aset terbanyak adalah Koperasi Karyawan PT. Biofarma. Asetnya bahkan mencapai Rp250 miliar.
"Padahal modalnya hanya dari anggota aktif saja, tidak ada pinjaman dari manapun," akunya.
Di Kota Bandung terdapat sekitar 718 koperasi yang aktif. Namun yang terdaftar sebenarnya mencapai 2.442 koperasi.
Meski peran koperasi dinilai masih kecil terhadap pendapatan daerah, tapi peran koperasi pascapandemi, sangat membantu para anggotanya.
"Pascapandemi hampir dari setengahnya sudah naik lagi omzetnya. Walaupun pengaruhnya masih kecil terhadap pendapatan daerah. Bahkan, aset koperasi se-Kota Bandung itu mencapai Rp2 triliun," jelasnya.
Ia menjelaskan, koperasi awalnya pertama kali didirikan di Rochdale. Muncul sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap sistem ekonomi pasar yang mementingkan keuntungan pribadi serta keberpihakan pada pemodal.
"Koperasi di luar negeri itu berkembang sekali dan keren-keren. Misalnya di Barcelona, club Barca itu dikelola oleh koperasi. Anggotanya ya para fans dari Barca itu sendiri," paparnya.