Terima Kunjungan Komunitas Tuli, dr. Agung Usul Pendidikan Bahasa Isyarat Masuk Kurikulum

photo author
- Senin, 27 Januari 2025 | 19:30 WIB
Terima Kunjungan Komunitas Tuli, dr. Agung Usul Pendidikan Bahasa Isyarat Masuk Kurikulum (Dok: Wawan/Humpro DPRD Kota Bandung)
Terima Kunjungan Komunitas Tuli, dr. Agung Usul Pendidikan Bahasa Isyarat Masuk Kurikulum (Dok: Wawan/Humpro DPRD Kota Bandung)

GORAJUARA - Anggota DPRD Kota Bandung dr. Agung Firmansyah Sumantri, Sp.PD., KHOM., MMRS., FINASIM., menerima kunjungan Komunitas Tuli dari Yayasan Jendela Tuli Indonesia, di Gedung DPRD Kota Bandung, Senin, 20 Januari 2025.

Dalam kegiatan tersebut, dr. Agung pun berkesempatan untuk mempelajari komunikasi dan aksesibilitas melalui bahasa isyarat dari salah seorang aktivis dari Yayasan Jendela Tuli Indonesia, Asri Anggraeni Putri.

"Komunitas Tuli ini adalah kumpulan orang-orang hebat, karena meskipun dengan keterbatasannya, mereka tetap berkarya, dengan mengajarkan masyarakat untuk belajar tentang bahasa isyarat," ujarnya.

Baca Juga: Agus Wahidin Ki Hadjar dari Sumedang... Birokrat Alumni UPI Dengan Pikiran Tajam...

Ia menuturkan, aksesibilitas komunikasi bahasa isyarat setiap wilayah memiliki kekhasannya serta pemaknaanya masing-masing, seperti halnya di Bandung, Jakarta, termasuk di luar negeri atau yang dikenal dengan American Sign Language (ASL).

"Setelah berkomunikasi dan mempelajari langsung, juga tadi dijelaskan ternyata setiap wilayah punya budaya berkomunikasi bahasa isyarat juga makna yang beda-beda. Jadi tadi saya belajar masih tahap dasar ya, seperti mengenal bahasa isyarat, mengenal hari, bulan, dan tanggal, juga bagaimana memperkenalkan diri dan menyapa lawan bicara, dan masih banyak tahapannya," katanya.

dr. Agung menuturkan, mempelajari bahasa isyarat sangatlah penting, terutama dalam hal memudahkan komunikasi dengan lawan bicara yang merupakan penyandang disabilitas, serta meningkatkan empati.

Baca Juga: MANIS BANGET! Vika Kolesnaya Ngaku Sayang dengan Billy Syahputra, Bukan karena Uang, Tapi...

Selain itu, dapat menstimulasi perkembangan otak karena mengasah aspek visual, verbal, dan kinetik secara bersamaan. Dalam jangka panjang juga akan meningkatkan kemampuan menyimpan memori yang lebih baik.

"Pada dasarnya kaum penyandang disabilitas ini memiliki hak yang sama dengan kita. Maka dengan kita mengenal bahasa isyarat selain memudahkan untuk bisa berkomunikasi dengan mereka, namun juga meningkatkan kemampuan otak kita untuk menyimpan memori berpikir lebih baik," tuturnya.

Oleh karena itu, dr. Agung berharap, pendidikan bahasa isyarat dapat diperkenalkan sejak dini, bahkan masuk dalam kurikulum pendidikan anak di sekolah seperti halnya pendidikan bahasa asing yang sudah menjadi program pendidikan nasional.

Baca Juga: WAH! Sudah Lama Berteman dengan Desy Ratnasari, Ruben Onsu Akui Suka Curhat Terkait Hal Ini

"Saya pikir, bahasa isyarat ini harus masuk dalam program pendidikan di sekolah-sekolah di Kota Bandung. Sehingga tidak ada diskriminasi atau pembatasan bagi anak-anak yang memiliki keterbatasan untuk mendapatkan hak pendidikan sebagai anak bangsa, karena semua sekolah itu inklusif," ucapnya.

Sementara itu, aktivis Tuli Jawa Barat Asri Anggraeni Putri menjelaskan, bahasa isyarat tidak hanya memainkan peran krusial dalam komunikasi sehari-hari bagi komunitas Tuli dalam berkehidupan bermasyarakat. Tetapi juga memastikan hak-hak komunitas Tuli dapat terpenuhi secara adil.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ahmad Fauzi Jaelani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini