GORAJUARA - Sebagaimana yang kita ketahui bahwa dunia ini sedang dilanda pandemi.
Pandemi ini sangat berdampak pada semua lini kehidupan termasuk politik, sosial, ekonomi, dan kemanusiaan.
Untuk mengatasi hal ini, salah satu fokus kajian ilmu hubungan internasional, yang cocok dalam situasi seperti ini adalah Bandwagoning.
Bandwagoning ini pertama kali dibahas oleh Kenneth Waltz, di mana ia mengartikan bahwa bandwagoning sebagai kebalikan dari balancing.
Bandwagoning menurutnya, dilakukan dengan cara bergabung dengan koalisi yang lebih kuat (Waltz, Theory of International Politics halaman 126).
Secara sederhana, bandwagoning yang lebih familiar untuk Indonesia bukanlah menurut Waltz, melainkan menurut Randall Schweller.
Menurut Randall Schweller, Indonesia harus melakukan apa yang disebut sebagai Piling-on bandwagoning.
Bandwagoning ini sangat penting untuk Indonesia di masa-masa serba sulit seperti sekarang.
Hal ini disebabkan karena Bandwagoning sendiri merupakan strategi untuk berteman dengan negara lain yang lebih kuat dalam lingkup internasional.
Terlebih dalam dunia politik internasional yang ambigu ini, sebaiknya Indonesia berada dalam tim ‘pemenang’ dan tidak terjun secara langsung ke sumber masalah.
Setidaknya dengan melakukan bandwagoning ini, Indonesia dapat mendapatkan keuntungan dan meminimalisir kerugian dari berbagai konflik.
Baca Juga: Ini Pesan Ridwan Kamil kepada Anggota ICMI Orwil Jabar
Banyak sekali contoh nyata bandwagoning Indonesia dengan negara lain.