GORAJUARA - Akhir-akhir ini, kebenaran dalam suatu informasi itu ada di mana-mana dan tidak bisa dipastikan keberadaannya.
Di era post-truth ini, banyak sekali informasi yang disajikan khususnya pada media teknologi dan informasi yang bisa diunggah serta dibagikan oleh orang yang belum tentu ahli di dalamnya.
Pada awal masa post-truth ini, kematian para ahli dalam bidang agama Islam sedang marak terjadi, sehingga persebaran informasi mengenai opini dan ajaran agama Islam dapat dibuat oleh mereka yang tidak ahli di bidang agama.
Baca Juga: Diramalkan Tahun 2022 akan Terjadi Bencana Besar, Roy Kiyoski: Entah Itu Tsunami, Banjir atau Hujan
Baca Juga: Densus 88 Antiteror Ringkus Tiga Terduga Teroris di Jawa Tengah
Media di luar negeri juga banyak yang mengonstruksikan agama Islam. Mereka banyak membuat artikel yang tidak sesuai dengan ajaran Islam itu sendiri dan cenderung melebih- lebihkannya.
Contohnya dalam sebuah artikel yang berjudul imaginating Islam in media yang menganggap bahwa Islam adalah sesuatu yang negatif dan tidak bisa diharapkan di muka bumi.
Setelah diselidiki, artikel ini ternyata ditulis oleh seseorang yang berinteraksi secara langsung dengan para imigran di timur tengah seperti Irak, Iran, Saudi Arabia, dan lain-lain yang beraliran ekstrem (teroris, pencuri, berkelahi, tidak memperpanjang visa).
Baca Juga: Masa Lalu Ustdaz Yusuf Mansur, Ternyata Pernah Keluar Masuk Penjara
Perilaku-perilaku inilah yang memberikan stigma buruk pada agama Islam secara keseluruhan.
Padahal, Islam tidak seperti itu.
Islam menjunjung kebaikan dan keadilan. Untuk itu, sudah seharusnya bagi umat muslim untuk berakhlak mulia agar islam tidak dipandang sebagai sesuatu yang buruk.
Ada salah satu artikel yang ditulis oleh salah satu media ekstrem yang menyatakan bahwa Islam adalah musuh besar bagi orang-orang yang beragama lain.
