GORAJUARA - Program menulis 100 buku yang digagas pada program Pesantren Literasi telah membuahkan hasil. Secara berkelompok siswa bisa menerbitkan buku karya kolaborasi.
Buku dicetak dengan desain cover menarik, tata letak, dan gaya penulisan yang menarik. Biodata siswa penulis terpampang di bagian belakang buku.
Di cover buku pun tertulis ISBN. Artinya karya siswa ini sudah menjadi khasanah keilmuan yang bisa dinikmati oleh seluruh pembaca di dunia. Dokumen buku tersimpan di perpustakaan nasional.
Baca Juga: Podcast dengan Dua Penulis Muda Pemberani dan Imanjinatif
Apa yang bisa didapat dari buku-buku karya siswa? Secara keilmuan mungkin kita anggap siswa ilmunya masih rendah.
Namun ketika kita baca buku cerpen dan biografi Nabi Muhammad karya siswa, ada sesuatu yang unik dari mereka. Dari sudut keilmuan siswa tidak seperti yang kita kira.
Dari cerpen yang siswa buat, kita bisa mempelajari psikologi siswa. Kasus bullying yang diceritakan dalam cerpen sangat mengerikan.
Baca Juga: SMAN 1 Cipeundeuy Bandung Barat, Wujudkan Profil Pelajar Pancasila Melalui Dhuha 12 rakaat
Bulying dilakukan secara berkelompok di dalam kelas. Siswa menceritakan tidak ada kehadiran sosok guru ketika bulying itu terjadi. Bulying sampai merenggut nyawa dan kegilaan pelakunya.
Siswa juga bercerita dalam cerpen, tentang tugas sekolah yang dirasa berbeda dan gampang. Namun ketika tugas dikerjakan siswa mengalami berbagai kesulitan menyelesaikannya.
Komitmen untuk bisa menyelesaikan tugas dituntut hingga harus mengerjakan sampai larut malam. Tugas akhirnya diselesaikan dengan pelajaran semua harus ditekuni dan berkomitmen.
Baca Juga: Sosialisasi Disiplin PNS, Harus Rajin Presensi K MOB
Kisah Hijab mewarnai juga cerpen siswa. Kisah hijab yang berujung pada pengasingan dari keluarganyanya karena perbedaan prinsip dalam beragama.
Sebuah keberanian besar dilakukan siswa, ketika memberanikan diri menulis ulang biografi Nabi Muhammad. Idenya adalah membuat biografi Nabi Muhammad lebih tipis dan sederhana.