GORAJUARA - Salah satu yang dianggap menjadi permasalahan bagi seorang penulis adalah kesulitan memperoleh ide. Jangankan untuk menulis, ide saja tidak punya.
Demi memperoleh ide, dengan susah payah menyendiri. Mencari tempat yang tenang. Setelah diperoleh suasana tenang, ditunggulah ide itu. Ide dianggap sebagai ilham yang datang dengan sendirinya, datang begitu saja.
Sikap seperti menurut AS Laksana dalam bukunya Creative Writing, merupakan sikap yang salah.
Baca Juga: Ridwan Kamil Beserta Istri dan Anak Tiba Di Gedung Pakuan, Berikut Pernyataan dari Keluarga
Setiap penulis, sehebat apa pun ia tidak pernah hanya ongkang-ongkang kaki di teras rumahnya, menunggu didatangi ide yang luar biasa. (Creative Writing, karya AS Laksana, halaman 5)
Masih menurut AS Laksana dalam bukunya yang sama, ide itu dipancing, ditangkap dan dikembangkan.
Ia (penulis) tetap harus memancing datangnya gagasan itu, menangkap dan mengembangkannya. (Creative Writing, karya AS Laksana, halaman 5)
“Menulis apa saja ketika sedang tidak punya ide sebenarnya adalah salah satu cara untuk memancing datangnya ide,” jelas AS Laksana.
Baca Juga: Pesan Haru Ridwan Kamil Kepada Sungai Aare Untuk Eril: Aku Titipkan Jasad Anak Kami Kepadamu..
Oleh karenanya, membiasakan menulis buku harian, menurut saya merupakan hal yang patut dirutinkan.
Menceritakan apa saja yang terjadi di hari itu. Menuangkan semua perasaan yang terlintas di hati. Menyampaikan semua pendapat yang terlintas di pikiran.
Ada banyak peristiwa, pengalaman yang terjadi dalam 24 jam. Ada berapa banyak informasi yang didengar. Pula ada pengetahuan yang baru diketahui lewat bacaan yang kita baca. Semuanya bisa dituangkan dalam buku harian, sebagaimana apa adanya.
Menurut Eka Budianta dalam Menggebrak Dunia Mengarang, “Bagi anak kecil apa saja bisa jadi mainan. Bagi seorang penulis apa saja bisa jadi tulisan atau bahan tulisan.”
Lihatlah betapa kreatifnya anak kecil dalam menjadikan apa pun jadi mainan. Seorang penulis pun bisa menjadi kreatif, bila menjadikan apa saja diubah jadi tulisan.