GORAJUARA - Hati-hati dengan media sosial dan media massa. Dibalik pembuat media ada tujuan-tujuan yang ingin diraih oleh pemilik media.
Dalam teori neorologi, isi pengetahuan seseorang berkaitan erat dengan prilaku seseorang. Media sosial atau media massa berfungsi sebagai pengantar pengetahuan atau informasi.
Informasi yang disampaikan di media sosial atau media akan dikonsumsi orang-orang dan masuk ke dalam memori otak. Apa yang tersimpan di memori otak itulah yang akan jadi opini seseorang.
Baca Juga: Batas Akhir Pendaftaran Rakernas AKSI 2024 10 Mei...
Sebagai contoh, ketika kita melihat perang Palestina dan Israel yang didukung Amerika Serikat, pemberitaan di media sosial tentang genosida yang dilakukan Israel membuat Israel tersudut.
Situasi tersudut dan kecaman dunia terhadap pembunuhan ribua rakyat Palestina adalah kekalahan perang Israel. Kekalahan perang diawali dengan pelemahan mental.
Perang bukan sekedar pertempuran fisik. Perang menyangkut perang psikis, saling mengintimidasi mental. Perang mental dilakukan dengan perang informasi.
Baca Juga: Yang Berpikir Besar Seharusnya Guru Bukan Menteri...
Keterlibatan Iran dalam perang dengan Israel, bisa dikatakan sebagai pengalihan isu kekalahan mental Israel dalam perang melawan Palestina.
Untuk segera memulihkan kekuatan, Israel mengalihkan isu perang dengan Palestina, dengan memancing Iran untuk terlibat dengan menyerang Israel.
Ketika Iran menyerang Israel maka opini publikpun berubah membahas serangan Iran yang berhasil ditangkis oleh senjata anti rudal.
Baca Juga: Kuota Peserta Rakernas AKSI 2024 Terbatas...Tiap Provinsi Memiliki Kuota 6 Orang Wakil...
Lalu opini berkembang dengan kemungkinan terjadinya serangan balasan ke Iran. Lalu Amerika Serikat memainkan opini publik dengan tidak akan mendukung Israel serang Iran.
Isunya ditingkatkan lagi, dengan memuat berita-berita tentang perang dunia III. Isu kekalahan perang Israel di Palestina berubah menjadi isu perang dunia III.