GORAJUARA - Ternyata penyebab literasi siswa Indonesia adalah metode belajar yang membosankan. Siswa kita ternyata senang sebagian besar senang belajar bahasa Indonesia.
Peneliltian yang dilakukan oleh Salsabila (2023) mahasiswa UPI Bandung di SMAN 15 Bandung, menunjukkan bahwa siswa merasa bosan jika meresensi buku.
Selain itu siswa mengalami kendala ketika melakukan resensi buku, dan menurut siswa meresensi buku adalah kegiatan belajar yang sulit.
Baca Juga: Program Shalat Dhuha 12 Rakaat di SMAN 15 Bandung, Tingkatkan Kecerdasan Akademik...
Kondisi ini dipecahkan oleh Salsabila dengan menggunakan film pendek sebagai media pembelajaran. Salsabila menyiapkan film pendek secara berkelompok.
Perkelompok siswa ditugaskan mencari film pendek berdurasi 7 - 15 menit. Kemudian mereka membuat kerangka teks untuk menuliskan resensi film.
Hasilnya, keterampilan menulis para siswa bisa tergali. Mereka membuat resensi film dengan kritis. Siswa juga mengakui dengan media film pelajaran resensi menjadi semangat.
Baca Juga: Siswi SMAN 15 Bandung, Zafira Najwa Adyaputri Raih 18 Mendali Juara Olimpiade....
Peraihan skor nilai meningkat, terutama pada aspek isi, struktur, dan identitas. Film pendek terbukti efektif meningkatkan motivasi belajar siswa dalam melakukan resensi.
Implikasinya, film pendek bisa menjadi sarana belajar bahasa Indonesia yang efektif. Kuncinya guru harus punya pengetahuan tentang hal apa yang disukai oleh siswa.
Berdasarkan hasil survey, siswa-siswi sangat termotivasi belajar ketika menggunakan film sebagai media pemeblajaran bahasa Indonesia. Film lebih atraktif, dan menarik untuk disimak.
Namun demikian, guru-guru harus punya pengetahuan tentang film-film apa yang menarik untuk disimak dan penuh makna untuk digali sebagai bahan pembelajaran.
Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd, Kepala SMAN 15 Bandung mengatakan siswa perlu diberi rambu-rambu dalam menemukan film yang akan di resensi. Hal ini akan membantu mereka berpikir kritis.***