GORAJUARA - Ketika mengikuti acara puncak HGN jadi ingat Vee Chan dosen dari Institut Keguruan Singapura mengatakan, "pembelajaran tidak mendalam seperti kita mengajari kucing".
Chan mengatakan, "guru menyampaikan materi di kelas hingga tuntas. Tapi setelah diberi materi pelajaran sampai tuntas, murid-murid diam dan tidak ada yang bertanya".
Kondisi inilah yang dikatakan oleh Chan sebagai pembelajaran tidak mendalam. Guru-guru mata pelajaran berlomba menyampaikan materi sampai tuntas, tapi murid tetap diam.
Kondisi pengajaran seperti ini, seperti pengajaran pada kucing. Seberapa banyak pun materi disampaikan kepada kucing, kucing tidak pernah bertanya atau mengemukakan pendapat.
Guru-guru dengan susah payah menyampaikan seluruh tugas kurikulum, tapi hasilnya tidak pernah mengubah prilaku apa apa pada murid, jadi seperti mengajar pada kucing.
Murid tetap buang sampah sembarangan, tidak bisa buang sampah dipilah, datang selalu terlambat, dan tidak suka membaca buku dengan alasan sekarang era teknologi informasi.
Baca Juga: SMAN 15 Bandung Mendapat Kunjungan dari Dinas Pendidikan Provinsi Gorontalo...
Hasil pembelajaran tidak mengubah prilaku murid jadi manusia kreatif, empati, cinta lingkungan dan punya ide gagasan untuk membuat kehidupan lebih baik.
Seperti mengajari kucing dengan berbagai ilmu pengetahuan, tapi kucing tetap berak sembarangan, beranak tanpa perencanaan, dan makan dari sisa-sisa makanan sampah.
Dalam pembelajaran mendalam, fokus bukan pada materi pelajaran saja, tapi pada perkembangan murid. Selain materi kontekstual, dalam pengajaran murid harus aktif.
Baca Juga: Darma Wanita Persatuan SMAN 15 Bandung Berturut Turut Juara E-Reporting...
Pengajaran mendalam bukan hanya mengajarkan tentang materi-materi fundamental dan esensial, tetapi harus mampu mendorong murid berkesadaran untuk melakukan perubahan.
Semua pelajaran harus menyentuh tiga ranah pembelajaran, yaitu mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah ini harus diajarkan secara holistik.