Merdeka Belajar Yang Banyak Gagal Paham...

photo author
- Minggu, 21 Januari 2024 | 19:26 WIB
Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Melakukan Monitoring Shalat Lima Waktu Bagi Siswa Siswi Muslim. (GoraJuara.com/dok AKSI)
Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd. Melakukan Monitoring Shalat Lima Waktu Bagi Siswa Siswi Muslim. (GoraJuara.com/dok AKSI)

GORAJUARA - Jika kita pahami latar belakang lahirnya konsep Merdeka Belajar berangkat dari kondisi layanan pembelajaran yang sudah tidak relevan dengan jiwa zaman. 

Layanan pendidikan tidak relevan karena materi ajar yang kehilangan konteks, tidak menyelesaikan masalah, dan tidak tidak melatih keterampilan untuk bertahan hidup. 

Materi ajar terlalu fokus pada ilmu-ilmu per mata pelajaran tanpa menghiraukan masalah-masalah sehari-hari di lingkungan. Pengajaran bersifat ilmu untuk ilmu bukan ilmu untuk hidup. 

Baca Juga: Berikan Hak Pengelolaan Guru Pada Kemdikbud...

Ketika peserta didik lulus mereka sangat tergantung pada ijazah bukan pada keterampilan hidup yang telah dimilikinya. Untuk itulah penahanan ijazah menjadi masalah. 

Kurikulum Merdeka seharusnya memberi kemerdekaan kepada guru agar keluar dari pola pikir lama, yang mengajarkan ilmu untuk ilmu bukan ilmu untuk hidup.

Kurikulum Merdeka seharusnya memberi kesempatan kepada guru untuk menemukan inovasi-inovasi pembelajaran dengan tujuan memberikan ilmu untuk hidup kepada para peserta didik.

Kurikulum Merdeka seharus menghasilan inovasi-inovasi pembelajaran berdasarkan latar belakang daerah, geografi, budaya, dan zaman yang menjadi kebutuhan peserta didik. 

Baca Juga: Ala maaa....SKP mana lagi yang belum diisi?

Fakta dilapangan Kurikulum Merdeka tidak melatih guru-guru merdeka dalam berinovasi. Kurikulum Merdeka hanya sebatas perubahan administrasi yang pada ujungnya jadi beban baru.

Fakta dilapangan Kurikulum Merdeka hanya mengganti format dan langkah-langkah pembelajaran yang kaku dan teknis. Guru-guru jadi fokus mempelajari langkah-langkah teknis kurikulum.

Jiwa dari Kurikulum Merdeka adalah kreativitas dan inovasi. Kreativitas dan inovasi tidak akan terjadi jika Kurikulum Merdeka disosialisaikan dengan langkah-langkah teknis yang kaku. 

Kreativitas dan inovasi selalu lahir dengan tidak mempermasalahkan langkah teknis, tetapi lebih mengutamakan gagasan yang memiliki tujuan menjawab masalah hidup para peserta didik.

Kreativitas dan inovasi bernagkat dari masalah dan solusi memecahkannya. Kurikulum Merdeka pada dasarnya berawal dari masalah yang dihadapi siswa dan solusi pemecahannya.***

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Plato

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB