Gorajuara- Pada tayangan youtube akun Dedy Corbuzier mengundang tamu istimewa yaitu Ahmad Sahroni pada Selasa (30/8/2022).
Menurut Ahmad Sahroni dalam kasus Ferdy Sambo termasuk LGBT, tapi harus melihat pokok perkara yang disajikan yang bersangkutan motifnya apa.
Motifnya pelecehan, kalau dalam aturan hukum kita berlandaskan dengan pengakuan.
Baca Juga: Ariel Tatum Sempat Grogi Saat Mau Ketemu Nicholas Saputra : Awalnya Deg Degan, Tapi,,,,
"Kalau itu kasus pelecehan mengapa dibunuh? gatau sih kalau saya, saya sih gamau bunuh orang, tapi kalau mau bunuh orang main aman kan jendral bos, main aman kan bisa di tempat lain", tanya Dedy.
"Masalahnya gua gak pernah ketemu Sambo, cuma kan ada isu, ini orang harus mati, maka yang jadi pertanyaan mengapa musti mematikan orang karena ada aspek semisal pelecehan seksual, itu sangat disayangkan sih mengapa harus membunuh orang. Kan biasanya masalah di Polisi, TNI, atau apa yang berlaku salah itu ditendang, digampar dan segala macem itu aman itu cuma kalau sampai mematikan orang itu ada kelainan tapi belum bisa dijawab" Ucap Ahmad Sahroni.
Dalam pembahasan Dedy Corbuzier dengan Ahmad Sahroni juga menjelaskan tentang penembakan atas kematian Brigadir J.
"Atas pengakuan akhirnya dia mengakui kalau Ferdy Sambo yang menembak, ya mungkin 3x tembakan dari belakang sampai meninggal. Kemudian Sambo menyuruh ajudannya yang bernama Baradha E untuk menembak lagi supaya meyakinkan bahwa Brigadir J sudah meninggal" Ucap Ahmad Sahroni.
Sebagai ajudan kepada pimpinan itu tidak boleh ditolak, makanya saya berharap Baradha E ini bebas dari aturan di kepolisian.
Dalam pembunuhan Brigadir J yang terkena imbasnya langsung berjumlah 17 orang berada di lokasi kejadian.
Ahmad Sahroni yang merupakan teman lamanya Ferdy Sambo juga menceritakan dirinya saat masih bersama Ferdy Sambo.
"Kita temenan dari 2006 pernah ngopi bareng cerita bareng saat dikudus lama hotel Sultan. Namun saat Ferdy Sambo jadi Bintang satu sudah tidak ada komunikasi, tapi pada saat sekarang dia melakukan kesalahan adalah orang yang berperkara, kita harus pisahkan antara pertemanan mana yang berperkara agar tidak menjadi asas kepentingan dan saya harus menyikapi dengan profesional.
