Baca Juga: Wow, Ada yang Sampai 21 Jam! Inilahh 5 Negara dengan Durasi Puasa Terlama
Versi kedua, kata ‘mudik’ berasal dari kata Sunda Pesisir dan Betawi, yaitu ‘udik’ yang merujuk pada desa atau kampung.
Diartikan, mudik adalah menuju ke desa atau pulang ke kampung.
Versi ketiga merujuk pada istilah mudik yang berarti selatan atau hulu.
Sebelum terjadi urbanisasi besar-besaran di Jakarta, ada banyak wilayah-wilayah yang bernama akhir ‘udik’ dan ‘ilir.’
Contohnya Meruya Udik, Meruya Ilir, Sukabumi Udik, Sukabumi Ilir, dan sebagainya.
Ketika Jakarta masih bernama Batavia, petani yang membawa hasil bumi ke Batavia, membawa dagangannya melalui sungai.
Dari situlah muncul istilah milir-mudik, yang artinya sama dengan bolak-balik.
Ketiga versi inilah yang kurang lebih menggambarkan bahwa istilah ‘mudik’ sudah ada sejak zaman dulu.
Pada tahun 1970-an, istilah mudik baru tren dan menjadi sebuah tradisi yang dilakukan oleh perantau di berbagai daerah untuk kembali ke kampung halamannya, untuk berkumpul bersama dengan keluarga pada hari-hari besar, seperti Idul Fitri.
Kebiasaan pulang kampung ini biasanya dilakukan pada tujuh hari sebelum lebaran sampai tujuh hari setelah lebaran.
Jangka waktu ini bisa berbeda tiap orang, tergantung masa libur yang dimilikinya.
Sejak saat itu, mudik menjadi tradisi yang tak bisa terlewatkan.
Tak cuma bagi umat Islam, tapi seluruh masyarakat Indonesia. ***