GORAJUARA - Perlu diketahui dulu bahwa sebenarnya gangguan kepribadian/personality disorders (untuk kemudian disingkat sebagai PD) itu ada banyak macamnya.
PD ini ada di sekitar kita, mungkin keluarga, teman kuliah, teman kantor, atau bahkan significant others yang kita cintai.
PD adalah suatu pola perilaku, kognisi dan pengalaman dalam diri yang berlangsung lama, melekat kuat, dan cenderung sulit berubah (inflexible).
Seringkali orang dengan PD memiliki cara pikir atau perilaku yang sangat berbeda dibandingkan orang-orang kebanyakan di suatu budaya.
Baca Juga: Inilah Profil Para Pemeran Series ‘Layangan Putus’, Yuk Simak Selengkapnya
Baca Juga: 'Gedong Cai Tjibadak', Sumber Air Masyarakat Kota Bandung Sejak Zaman Hindia Belanda
Polanya kayak gimana sih? Bukannya setiap orang memang unik? Nah, karena termasuk gangguan, PD seringkali menyebabkan seseorang jadi sulit bersosialisasi/diterima, merasa distress, mengalami ketidakberfungsian (misal jadi tidak bisa kerja), atau membahayakan orang lain.
Karena disebutnya sebagai 'pola', orang dengan PD mengalami setidaknya 2 pola berikut (yang cenderung menetap): kognisi, emosi/afeksi, relasi, dan kontrol impuls.
Contohnya, punya pikiran magis (kognisi) disertai dengan relasi dependen ekstrem terhadap pasangannya (relasi).
Biasanya (sekitar 50% atau lebih) orang dengan PD juga didiagnosis mengalami gangguan psikologis lain atau disebut comorbid.
Baca Juga: Sebenarnya Halal Apa Tidak Aset Kripto
Baca Juga: Alasan di Balik PWNU DIY Menyatakan Cryptocurrency Halal
Itulah kenapa PD jarang ditemukan di ruang konseling karena orangnya nggak sadar ada PD, tapi setelah diagnosis gejala tertentu, baru diketahui ada PD.
Atau justru yang melaporkan adanya PD itu adalah orang terdekat, bukan orang yang mengalami PD.