GORAJUARA - Pada waktu dulu di wilayah Tegallega terdapat tempat pacuan kuda, yang sudah cukup dikenal bukan hanya oleh pembesar dan orang-orang Belanda, rakyat kecil yang termasuk dalam kelompok pribumi pun sudah mengenal tempat pacuan kuda ini.
Acara pacuan kuda ini digelar setiap bulan Juli-Agustus oleh masyarakat Priangan penggemar kuda pacu bernama Preanger Wedloop Societeit.
Untuk memeriahkan acara tersebut, areal sekeliling alun-alun dan Jalan Otto Iskandardinata yang waktu itu bernama "Pangeran Sumedangweg" dari ujung utara hingga Tegallega, dihiasi lentera dan hiasan kertas warna-warni, dipadukan dengan untaian daun cemara atau beringin.
Hiasan itu antara lain dililitkan pada tiang-tiang lampu dan tiang-tiang bendera. Sebelum pacuan dimulai, biasanya kuda-kuda yang akan bertanding terlebih dahulu dipamerkan di alun-alun.
Atraksi pacuan kuda tersebut, bukan hanya digemari oleh warga masyarakat Bandung (masyarakat pribumi maupun Eropa dan Timur asing).
Akan tetapi orang-orang dari luar Bandung pun sengaja datang untuk menonton acara tersebut yang merupakan keramaian tahunan.
Keramaian di lapang Tegallega dan sekitarnya, bukan hanya di siang hari saja, tetapi pada malam hari pun tetap ramai dengan berbagai acara atau kegiatan lain.
Warga masyarakat pribumi yang hadir dalam keramaian tersebut, banyak yang memakai pakaian cukup bagus dan baru.
Secara tidak langsung, hal itu menunjukkan bahwa sebagian warga masyarakat pribumi rupanya cukup baik dalam berpakaian ketika itu.
Namun acara pacuan kuda tahunan tersebut selain membawa dampak positif, juga menimbulkan dampak negatif.