Kawasan Tegallega Kota Bandung, Dari Dulu Hingga Sekarang Tetap Dikenang dan Selalu Ramai Siang Maupun Malam

photo author
- Senin, 13 September 2021 | 16:56 WIB
Suasana dan kondisi terkini di Taman Tegallega Kota Bandung.*** (Gorajuara.com/Bentar Wibisana)
Suasana dan kondisi terkini di Taman Tegallega Kota Bandung.*** (Gorajuara.com/Bentar Wibisana)

 

GORAJUARA – Seperti sudah menjadi tradisi, hampir semua wilayah atau tempat di Kota Bandung mengacu pada objek yang menonjol dan mudah dikenal.

Misalnya Kampung Kaum (kampung sekitar Masjid Agung), Sasakgantung (Jembatan gantung), Kiaracondong (beringin miring), Gardujati (rumah terbuat dari kayu jati), Tegallega (lapangan yang luas) dan lain sebagainya.

Perkembangan nama kelompok pemukiman tersebut didasarkan atas keadaan atau ciri khas yang ada di lokasinya, baik secara alamiah maupun hasil pengolahan atau pembukaan lahan.

Baca Juga: Kejar Target 37 Juta Warga Jawa Barat Tervaksinasi di Akhir Tahun 2021, Berbagai Kegiatan Digelar di Daerah

Dan ada pula yang didasarkan atas maksud pengelompokan semata-mata. Namun tak dapat dipungkiri, adanya pola pemukiman seperti itu, memudahkan komunikasi bagi berbagai pihak baik pemerintah maupun warga kota.

Dari sekian banyak tempat di Kota Bandung, Tegallega menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan begitu saja dari sejarah Kota Bandung.

Soalnya wilayah Tegallega sejak dari zaman baheula (dulu) hingga sekarang, selalu menjadi bahan pembicaraan. Siapa yang tidak kenal dengan Tegallega pada zaman dulu. Dulu keberadaan Tegallega dapat dianggap sebagai salah satu denyut nadi.

Baca Juga: Benarkah Jawa Barat Miliki Potensi Besar Industri Digital, Banyak Penduduk Tinggal di Desa Tapi Rezeki Kota

Bila ditelusuri lebih jauh, mulai dikenalnya sejumlah nama di Kota Bandung termasuk kawasan Tegallega, yaitu semenjak adanya pemindahan pusat pemerintahan Keresidenan Priangan Cianjur ke Kota Bandung.

Sejalan dengan rencana itu, pada tahun 1860 di Kota Bandung dirintis pembangunan gedung keresidenan di daerah Cicendo, dan dibangun pula sebuah hotel pemerintah.

Dengan demikian, pada waktu itu di Kota Bandung sudah berdiri beberapa buah bangunan

moderen. Hal tersebut pada gilirannya telah mendorong perkembangan jalan dan sarana transportasi, serta sarana atau fasilitas kota lainnya.

Baca Juga: Tren Terus Positif, Persib Maung Bandung Kini Menuju Meraih Tiga Kemenangan Beruntun di BRI Liga 1

Dari sinilah kemudian di kawasan Tegallega dibangun tempat pacuan kuda yang terkenal dengan perkumpulan Pacuan Kuda Priangan (Preanger Wedloop Societeit), dan bangunan Hoofdenschool (1879), yaitu sekolah khusus untuk mendidik calon-calon pegawai pribumi tingkat menengah, sehingga sekolah ini disebut juga "Sekolah Pamongpraja".

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Abu Rahma

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini