James Dananjaya telah melahirkan beberapa buku tentang Trunyan, antara lain Kebudayaan Petani Desa Trunyan di Bali.
Baca Juga: Momen Mudik Lebaran 2023: Majikan Ajak Kucing Peliharaannya Lewati 5 Kabupaten Demi Pulang Kampung
Wisatawan umumnya mengenal Trunyan dari tradisi penguburan mayat yang unik.
Tidak dikubur seperti umumnya, tetapi diletakkan begitu saja di kuburan di bawah Pohon Taru Menyan yang dikenal keharumannya hingga sampai Solo. “Keunikan ini dipercaya hingga kini. Pola penguburannya yang unik.
Tengkorak-tengorak dikumpulkan di bawah pohon Taru Menyan mencitrakan peradaban purba.
Kuburannya terpisah dari pemukiman penduduk yang hanya bisa dicapai dengan naik jukung/sampan. Jadi, hanya di Trunyan, mayat bersampan/berjukung menuju rumah abadi.
Tradisi inilah yang membuat Trunyan terkenal ke seantero dunia,” kata I Nyoman Tingkat di tengah Penyeberangan dari Dermaga Kedisan ke Trunyan yang menempuh waktu sekitar 30 menit.
“Banyak teman luar daerah yang bertanya tentang Trunyan setelah beberapa kali berwisata. Malu saya sebagai orang Bali, belum pernah ke Trunyan. Syukurlah MKKS SMA Kabupaten Badung menjadikan Trunyan sebagai objek wisata edukasi.
Baca Juga: Momen Unik Mudik Lebaran 2023: 2 Jam Nyetir, Pemudik ini Baru Sadar Istrinya Ketinggalan di Brebes
Ini pengalaman pertama ke Trunyan," kata Kabid Pembinaan SMA yang tampak ceria dan bahagia dapat menginjakkan kaki di tanah purba, Trunyan.
Ke Trunyan kita berwisata mengenal Bali dari sudut sepi Danau Batur dengan kebudayaan adiluhung, yang terkenal dengan Tari Barong Brutuk khas Trunyan. Tiada duanya di dunia.
Salam Literasi Budaya dari Trunyan Bali.***