Setelah pembacaan pernyataan, beberapa pemuda di bawah pimpinan Soewondo menurunkan bendera Jepang.
Sebagai gantinya, mereka mengibarkan bendera Merah Putih di tiang yang sama serta menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kini, pada Gedung Pos Indonesia yang dirancang arsitek J. Herberg pada 27 Juli 1920 itu terdapat museum.
Museum tersebut menjadi saksi bisu perjalanan panjang Pos Indonesia.
Didirikan pada 1931, museum tersebut awalnya memiliki nama awal Museum PTT, di mana keberadaannya sempat terlupakan akibat gejolak revolusi.
Namun, berkat inisiatif Direksi Perum Pos dan Giro, museum dihidupkan kembali dan diresmikan pada 27 September 1983 atau tepat pada peringatan Hari Bhakti Postel ke-38.
Seiring dengan perubahan status perusahaan, nama museum tersebut mulai bergeser menjadi Museum Pos Indonesia.
Di situ, pengunjung dapat melihat berbagai koleksi bersejarah seperti prangko dari berbagai negara, peralatan pos zaman dulu, hingga diorama yang menggambarkan perjalanan layanan pos di Indonesia.***