Gus Miftah kemudian membeli seluruh dagangan mereka dan membayarnya menggunakan uang pecahan Rp100 ribu.
Meskipun begitu, tindakan tersebut tetap mendapatkan berbagai tanggapan dari masyarakat.
Sebagian pihak menganggapnya sebagai upaya untuk membangun citra, sementara yang lainnya menghargai niat baik Gus Miftah dalam memperbaiki kesalahan.***