Sejarah Kecap Laron yang Expensive dan Memiliki Cita Rasa Berbeda

photo author
- Kamis, 19 Oktober 2023 | 13:45 WIB
Kecap Laron Khas Tuban. (Gorajuara/ Instagram/ @kecap_laron_khas_tuban)
Kecap Laron Khas Tuban. (Gorajuara/ Instagram/ @kecap_laron_khas_tuban)

Namun sebagai putra sulung, akhirnya ia mau berkorban dengan meninggalkan pabrik kuenya yang mulai sukses di Surabaya. Ia mau berkorban untuk mengembalikan kejayaan bisnis keluarga ini. Dan untuk menutup utang, ia harus mencari uang tunai dengan cara menjual asetnya di Surabaya.

Baca Juga: WOW! Pemilik Nama Agus Dapat BBM Gratis Selama Bulan Agustus di SPBU Ini, Begini Persyaratannya

Ternyata saking besarnya utang yang dimilikinya, ia menjual aset dan kekayaan lainnya belum cukup untuk menjalankan pabrik kecap ini. Sementara pinjam bank saat itu sangat sulit, apalagi tahu pabrik kecap Cap Laron memiliki banyak hutang.

Maka Handoyo muda, yang baru berusia 20 tahun nekad cari penjual bahan baku yang mau dibayar di belakang.

Handoyo dipertemukan dengan juragan gula Jawa di Purwokerto. Gula Jawa atau gula kelapa adalah bahan baku utama kecap selain kedelai.

Baca Juga: Viral Pernikahan Anjing Jojo dan Luna Gunakan Pakaian Adat Jawa, Begini Susunan Acara Kawinan Tak Biasa Itu

Dengan modal bayar belakang pabrik kecap mulai lancar produksinya. Setelah bahan baku mencukupi, timbul lagi masalah lain, yakni bahan bakar kayu yang makin sulit dicari dan mahal.

Sebagai pemuda yang dibesarkan di Surabaya, ia mencari tahu tentang teknologi masak memasak dalam jumlah yang besar.

Secara tidak sengaja ia masuk Pasar Turi Surabaya dan melihat ada kompor raksasa. Secepat kilat pikirannya menangkap ide menggantikan tungku kayu bakar dengan kompor minyak tanah.

Baca Juga: UNIK! Berikut 4 Presiden Indonesia yang Lahir di Bulan Juni, Jokowi Masuk dalam Daftar Ini

Ketika itu minyak tanah adalah bahan bakar paling murah. Dengan cara ini, proses memasak bahan baku kecap (kedelai dan gula merah dicampur ramuan bumbu) bisa lebih cepat dan menghemat biaya.

Pada puncak kejayaannya, tahun 1980-an sampai 1990-an (zaman Soeharto), produksi kecap Cap Laron pernah mencapai 2 ton per hari. Merek Cap Laron melejit dan terkenal se antero Indonesia.

Saat pabrik kecap tersebut berumur sekitar 65 tahun, ternyata mengalami krisis penerus. Generasi ke tiga kerajaan kecap ini tidak ada yang berminat dengan usaha ini.

Baca Juga: Saranjana 'Kota Jin' Beneran Ada? Begini Kata Ustaz Muhammad Faizar: Bahkan Jauh Lebih Canggih!

Terpaksa pabrik kecap kebanggaan kota Tuban ini harus dijual. Menurut Handoyo, karena sudah tidak ada lagi penerusnya. Tiga anak dari istri pertamanya tidak ada yang berbakat sementara 2 anak dari istri keduanya juga kurang berminat.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Wulan Dini

Sumber: YouTube MakandiMalang

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini