Dibalik Keindahan Wisata Banda Neira, Yang Pernah Dijadikan Tempat Pengasingan

photo author
- Jumat, 7 April 2023 | 09:40 WIB
Keindahan alam banda neira yang menakjubkan (Instagram/ @seagrapes.travel )
Keindahan alam banda neira yang menakjubkan (Instagram/ @seagrapes.travel )

GORAJUARA - Banda Neira memiliki magnet tersendiri dalam menarik para wisata untuk berkunjung.

Banda Neira terbagi menjadi enam wilayah administratif negeri, tiga diantaranya yaitu Negeri Nusantara, Negeri Dwiwarma, dan Negeri Merdeka. Dilansir dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id.

Banda Neira sendiri terletak di salah satu pulau yang terletak di kepulauan banda, Maluku.

Keindahan alamnya membuat para pelancong dari berbagai penjuru berdatangan untuk menikmati pemandangan Banda Neira yang eksotis.

Baca Juga: Sambut Mudik 2023 Kemenparekraf Luncurkan E-Booklet, Ajak Libur Lebaran untuk Wisata Jelajah Masjid

Wisatawan dapat menikmati indahnya pemandangan bukit dan air laut yang jernih dengan terumbu karang nan indah

Seakan mengajak wisatawan untuk melakukan snorkeling atau diving untuk melihat keindahan bawah laut Banda Neira.

Dibalik keindahan alamnya yang menakjubkan, Banda neira menyimpan sebuah peristiwa dan sejarah yang pernah terjadi di tempat tersebut.

Baca Juga: Libur Lebaran 2023: Ini 5 Alternatif Destinasi Wisata di Jalur Mudik Lintas Selatan Jawa yang Bisa Dikunjungi

Banda Neira sempat menjadi pusat perdagangan rempah-rempah pada abad ke-17 pada masa kolonial belanda.

Bukan hanya menjadi tempat perdagangan saja, Melainkan tempat ini dijadikan seperti penjara

Atau pengasingan bagi tokoh pejuang kemerdekaan yang berani memberontak pemerintahan belanda.

Sejumlah tokoh penting, pernah diasingkan di Banda Neira. Diantaranya Pangeran Diponegoro yang memimpin perang diponegoro.

Baca Juga: Lembaga Arab Saudi Memberikan Penghargaan Terhadap Desain Mesjid Raya Sumatera Barat

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Rany Listyawati Sis, St

Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini