"Perbandingan kunjungan di Labuan Bajo saat ini adalah 18% di luar wilayah TNK dan 82% masih terkonsentrasi di dalam kawasan TNK," jelas Frans.
"Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan asing saat ini adalah 67% dari jumlah wisatawan domestik dan lokal,
"Berbanding terbalik pada masa Covid-19, di mana proporsi kunjungan wisatawan domestik lebih tinggi dan ini menjadi tantangan tersendiri pada saat TNK wajib menerapkan visitors management, sehingga kunjungan wisatawan ke destinasi di wilayah mainland harus didorong," lanjut Frans.
Menutup FGD, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama BPOLBF, Dwi Marhen Yono, menyampaikan sejumlah poin penting terkait hasil diskusi dan langkah tindak lanjut:
- Pentingnya segera menetapkan do's and don'ts di kawasan wisata, termasuk pembuatan peta zona perairan untuk kapal wisata agar aman dari arus dan gelombang tinggi.
- Percepatan pengembangan kawasan otoritatif Parapuar yang saat ini tengah difokuskan pada pembangunan infrastruktur dasar, seperti akses jalan, listrik dan pasokan air bersih.
- Inisiasi penyelenggaraan pertunjukan budaya khas Manggarai di Parapuar yang dapat menjadi atraksi unggulan di mainland (darat), sejalan dengan konsep 60% wisata darat dan 40% wisata bahari untuk pemerataan destinasi.
- Harapan besar terhadap kolaborasi lintas sektor akan meningkatkan tata kelola pariwisata Labuan Bajo yang seimbang dan inklusif, sesuai dengan visi BPOLBF untuk mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, berkualitas premium dan berkelas dunia.
FGD ini menegaskan komitmen kuat pemerintah pusat, pemerintah daerah, BPOLBF, instansi dan lembaga pemerintah lainnya di daerah dan seluruh stakeholder pariwisata yang ada di Manggarai Barat untuk menyusun kebijakan strategis secara bersama yang mampu meningkatkan daya tarik Labuan Bajo dan sekitarnya sekaligus mempertahankan keberlanjutan pariwisata.***