GORAJUARA - Menurut pakar psikologi forensik Reza Indragiri, menilai alat pendeteksi kebohongan (lie detector) tidak sepenuhnya bisa dipercaya.
Lie detector hanya bisa mendeteksi kebohongan melalui perubahan-perubahan fisiologis seperti kucuran keringat, pupil mata yang membesar, detak jantung yang semakin kencang, dan suhu badan yang meninggi.
Tapi adanya perubahan-perubahan fisiologis pada seseorang saat diperiksa dengan alat lie detector, tidak mutlak menunjukkan bahwa orang itu melakukan kebohongan.
Baca Juga: Heboh Banget! Emak Emak Ini Sengaja Gelar Nobar Momen Pertemuan Andin dan Aldebaran, Apa Katanya?
Menurut Reza, misalnya detak jantung yang bertambah kencang belum tentu pertanda mutlak kebohongan seseorang.
Detak jantung yang bertambah kencang bisa disebabkan oleh beberapa sebab. Misalnya ketika berolah raga, sakit demam, bahkan ketika sedang terintimidasi.
Selain itu, masih menurut Reza, setiap orang yang sedang berbohong tidak selalu memberikan respons fisiologis yang sama.
"Tidak ada satu pun respons fisiologis manusia yang mutlak tak terbantahkan penanda seseorang sedang berbohong, tidak ada," tuturnya.
Menurutnya, lie detector bisa saja menafsirkan adanya kebohongan pada seseorang yang sedang berkata jujur disebabkan detak jantung orang itu mengalami peningkatan, karena dipengaruhi oleh rasa cemas.
Sebaliknya seseorang yang sedang berkata dusta bisa terdeteksi tidak berbohong jika orang itu mampu mengendalikan dirinya, sehingga perubahan-perubahan fisiologis tidak muncul.
Baca Juga: Fransesco Bagnaia Kini Hanya Selisih 30 Poin Saja dengan Fabio Quartararo pada Klasemen MotoGP 2022
Sebelumnya, Putri Candrawathi telah diperiksa Bareskrim Polri menggunakan lie detector.