Negara tersebut terlilit utang hingga US$4,5 miliar atau Rp64,8 triliun pada 2008. Tingkat pengangguran Zimbabwe pun juga melonjak hingga 80 persen.
Baca Juga: Sudah Lebih Dari 3 Minggu, Dewi Perssik Ditinggal Angga Wijaya, Ulah Orang Ketiga?
Masyarakat Zimbabwe pun mengalami hiperinflasi, dimana masyarakat tak lagi bisa menjangkau harga bahan-bahan pokok.
Oleh karena itu, masyarakat Zimbabwe lebih memilih menggunakan sistem barter karena uang sudah seperti tak berarti bagi masyarakat Zimbabwe.
3. Venezuela
Pada tahun 2017 lalu, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan pemerintahannya tak bisa membayar seluruh utangnya.
Baca Juga: Mengejutkan, Angga Wijaya Kedapatan Ajukan Gugatan Cerai, Dewi Perssik: Aku Udah Ngasih yang Terbaik
Venezuela tercatat memiliki utang kepada sejumlah negara. Beberapa negara tersebut, di antara lain China dan Rusia. Akibatnya, jumlah masyarakat miskin di negara tersebut ikut meningkat.
Masyarakat mengaku tidak mampu membeli bahan pokok karena harga melonjak lebih cepat ketimbang upah.
4. Argentina
Berawal dari kebijakan pemerintah Argentina yang mematok US$1 sama dengan 1 Peso Argentina menyebabkan Argentina dinyatakan gagal bayar (default) karena tak bisa melunasi utang ke kreditur.
Baca Juga: Deretan Drakor yang Pernah Viral akan Kembali Hadir dengan Season Selanjutnya
Hal tersebut terjadi karena mata uang Argentina dengan dolar AS menjadi tidak akurat. Tak lama kemudian hal tersebut menimbulkan kepanikan, sehingga banyak masyarakat yang menarik uang di bank.
Tahun 2018, pemerintah Argentina mengajukan pinjaman US$50 miliar atau Rp720 triliun ke Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF).
Hal tersebut digunakan untuk menangani krisis ekonomi yang sedang terjadi saat itu lantaran kenaikan inflasi yang signifikan, sehingga mata uang Peso Argentina anjlok hingga 40 persen sepanjang 2018.