Sementara itu, Inovator Kojing, Cecep Rustiana memaparkan, sebelum menjuarai lomba inovasi teknologi tepat guna, ia bersaing dengan 18 peserta dari kabupaten kota berkompetisi.
"Alhamdulillah saya terpilih mewakili Kota Bandung di tingkat Jawa Barat dan mendapat juara 1 juga melalui Kojing ini," ucap Cecep.
Ia menjelaskan, Kojing sebetulnya sama dengan pompa-pompa pada umumnya, tapi lebih praktis dan tidak perlu perawatan yang rutin atau ribet seperti pompa mesin.
"Permasalahan pompa yang biasa (mesin) itu jika lama tidak digunakan, akan sulit kembali saat dinyalakan. Harus dirawat, setiap hari rajin dinyalakan. Ukurannya juga besar dan berat," katanya.
Sehingga ia membuat Kojing agar lebih efektif dan efisien dalam penanganan kebakaran di lingkungan. Sebab banyak pompa mesin yang gagal fungsi saat ada kebakaran karena sudah lama tidak digunakan.
"Tekanan itu tercipta dari pompa yang diputar dengan mesin. Saya cari prinsip sederhana untuk memutar baling-baling tanpa mesin. Minimal itu butuh tekanan minimal di 3,5 bar atau 3.500 rpm putaran," sebutnya.
Sebenarnya baling-baling bisa diputar menggunakan tangan atau gowesan sepeda. Namun, butuh tenaga yang cukup banyak dan melelahkan.
"Ada satu alat yang bisa mencapai hasil maksimal yakni dengan menggunakan motor. Kojing ditempelkan dengan roda belakang sepeda motor pakai as. Nanti saat motor digas, bisa menghasilkan putaran lebih dari 3.500 rpm. Bahkan hasil tekanannya bisa mencapai 5 bar," ungkap Cecep.
Kojing adalah salah satu bagian dari program Sprinkler Warga. Sementara Sprinkler Warga merupakan cara Diskar PB memanajemen air di rumah-rumah warga saat terjadi kebakaran.
"Kita buat instalasi airnya. Alat yang bisa menciptakan tekanan itu cuma pompa. Di sinilah kojing dibutuhkan. Sehingga saat terjadi kebakaran, kita tidak bingung lagi harus cari air di mana. Alatnya pun sudah tersedia yakni kojing. Masyarakat bisa lebih cepat memadamkan api sebelum petugas datang," tuturnya.
Sebab menurut Cecep, prinsip dalam memadamkan api bukan karena volume, tapi tekanan air, Jika ada satu toren di rumah yang digunakan untuk sprinkler, bisa memadamkan api selama 4 menit dengan bantuan kojing.
"Bahkan kita pernah juga padamkan api itu dengan air selokan. Jadi ini memang bukan masalah volume air. Tapi dengan adanya sprinkler warga, kita jadi lebih mempersiapkan sumber air jika terjadi kebakaran," jelasnya.
Sampai saat ini Kojing sudah tersedia di 199 RW. Lalu tahun 2022 ada di 20 RW, dan tahun 2021 ada di 5 RW. Totalnya 224 RW di Kota Bandung sudah memiliki Kojing dan sprinkler warga.
Sudah ada beberapa kejadian kebakaran yang pernah padam hanya dengan Kojing. Cecep menyebutkan, kebakaran di Cijerah, Kebon Gedang, dan Balonggede pernah padam dengan Kojing.