“Kalaupun masih macet, emisinya harus minimum. Di sinilah peluang wisata berbasis zero emission,” tuturnya.
Baca Juga: SELAMAT! Miskah Shafa Resmi Diwisuda sebagai Sarjana, Yislam Jaidi Beri Ucapan Selamat untuk Istri
Farhan menyoroti besarnya jejak karbon yang dihasilkan sektor pariwisata, mulai dari transportasi wisatawan hingga operasional hotel.
Dengan konsep pariwisata rendah emisi, Kota Bandung berupaya memberikan nilai tambah sekaligus meningkatkan daya saing.
“Semakin kecil jejak karbonnya, semakin tinggi nilai tambah wisatanya,” ujarnya.
Dalam pengembangan ekonomi daerah, Pemkot Bandung menerapkan strategi TTI (Tourism, Trading, Investment).
Pariwisata menjadi pintu masuk kedatangan wisatawan, yang kemudian mendorong aktivitas ekonomi melalui transaksi perdagangan.
“Wisata itu to see, to do, to buy. Ketika orang berbelanja dan beraktivitas, maka trading terjadi. Dari situlah investasi masuk,” jelas Farhan.
Dampaknya terlihat nyata. Sepanjang semester pertama 2025, pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mencapai 5,43 persen, di atas rata-rata nasional. Pada triwulan ketiga, pertumbuhan tercatat 5,26 persen.
Tingginya tingkat hunian hotel, terutama hotel berbintang, menunjukkan bahwa wisatawan yang datang memiliki daya beli tinggi.
Namun, Farhan mengingatkan adanya risiko ketimpangan ekonomi yang harus diantisipasi.
Dari hasil kunjungan ke sekitar 50 RW, Farhan menemukan adanya disparitas ekonomi yang perlu dijembatani.