GORAJUARA - Pada Minggu, 18 Agustus 2024, Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menggelar sebuah acara yang penuh makna, yaitu Eling Earth Festival, di Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi, Bandung.
Acara ini menjadi wujud nyata dari komitmen SBM ITB dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui program pengabdian masyarakat yang dinamakan Circular Dago.
Eling Earth Festival bukan sekadar festival biasa. Acara ini melibatkan kolaborasi lintas sektor yang melibatkan 11 komunitas aktivis lingkungan, seniman, Pemerintah Kota Bandung, serta Dinas Pariwisata Jawa Barat dan Kota Bandung.
Kolaborasi ini menunjukkan bagaimana berbagai pihak dapat bersatu dalam upaya pelestarian lingkungan yang lebih baik.
Circular Dago: Model Wisata Berbasis Komunitas dan Konservasi
Circular Dago menjadi salah satu inisiatif utama dalam Eling Earth Festival ini.
Inisiatif ini memadukan konsep wisata berbasis komunitas dengan upaya konservasi lingkungan. Melalui Circular Dago, pelestarian alam menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lokal dan memberikan pengalaman edukatif bagi para pengunjung.
Baca Juga: Wakili DPRD Kota Bandung, Agus Andi Setyawan Dukung Deklarasi Pilkada Damai
Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, yang hadir dalam pembukaan festival, menegaskan pentingnya Circular Dago sebagai model yang bisa diterapkan tidak hanya di Kota Bandung tetapi juga di daerah lain.
Bambang Tirtoyuliono dalam sambutannya juga menyoroti pentingnya sektor pariwisata dan jasa dalam meningkatkan pendapatan daerah.
Ia menyebutkan bahwa pendapatan pajak dari sektor pariwisata di Kota Bandung pada bulan Juli 2024 mencapai angka yang signifikan, yaitu Rp4 miliar hingga Rp5 miliar.
Baca Juga: DPRD Simak Sidang Tahunan dan Pidato Kenegaraan Bersama Forkopimda
Bambang percaya bahwa festival seperti Eling Earth tidak hanya berkontribusi pada kelestarian lingkungan, tetapi juga mendukung promosi pariwisata, khususnya dalam merevitalisasi objek-objek wisata seperti Babakan Siliwangi yang kini menjadi pusat edukasi dan rekreasi.
"Kami berharap Circular Dago dapat menjadi model yang dapat diterapkan di wilayah lain di Kota Bandung maupun di luar daerah," ujar Bambang.