news

Kisah Inspiratif Hasanah Rawat Anak Berkebutuhan Khusus, Jika Orang Lain Harus Sekolah Begitu Juga Anakku

Jumat, 22 Desember 2023 | 20:57 WIB
Ibu Hasanah bersama putranya yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus Yadi Mulyadi (tengah) dan temannya Ihsan (kiri). (Gorajuara/ Lia Sukriati)

Tak hanya itu saja, perempuan kelahiran Tasikmalaya ini juga akhirnya mengetahui bahwa Anak Berkebutuhan Khusus dengan hambatan intelektual/kognitif yang dikenal dengan Tuna Grahita umumnya memiliki kemampuan intelektual dan kognitif di bawah rata-rata anak-anak lainnya.

Hasanah mulai mengambil langkah cepat dengan mencari sekolah yang tepat bagi anaknya yang merupakan ABK dengan hambatan kognitif/intelektual (Tunagrahita) tersebut.

Beruntungnya, perempuan yang tinggal di kawasan Jamanis Tasikmalaya ini kemudian mendapatkan informasi bahwa ada Sekolah Luar Biasa, tak jauh dari tempat tinggalnya.

Tak butuh waktu lama, Hasanah kemudian memasukkan putranya tersebut ke sekolah Anak Berkebutuhan Khusus, SLBN Kabupaten Tasikmalaya,

“Anak saya Yadi sekolah di sini (Sekolah Luar Biasa) sejak SD kelas 1, kini anak saya sudah kelas 2 SLTA,” lanjut Ibu Hasanah saat ditemui Gorajuara beberapa waktu lalu.

Saat ditanya apakah dirinya tidak merasa lelah dan bosan setiap hari harus mengantar dan menunggu anaknya di sekolah, perempuan berusia 60 tahun tersebut justru memberikan jawaban yang tidak terduga.

“Bukan lelah ataupun bosan, justru saat saya berada di sekolah inilah hati saya merasa tentram. Karena di sini, saya tidak mendengar omongan yang buruk tentang anak saya,” jawabnya.

“Apalagi setelah bersekolah di sini (Sekolah Luar Biasa), Yadi sudah menunjukkan perkembangan, dan sudah bisa mandiri. Sementara di sisi lain, saya juga bisa bertemu dan saling sharing dengan sesama orang tua dari ABK lainnya,” lanjutnya.

Ketika disinggung mengenai ada atau tidaknya omongan orang lain mengenai keputusannya untuk menyekolahkan putranya yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus.

Perempuan yang sehari-hari mengurus rumah tangga ini tidak menampik bahwa ada 1-2 orang yang mengatakan hal tersebut,

“Mereka bilang buat apa anak seperti itu (ABK) disekolahkan? Tapi saya hanya bilang, jika tidak disekolahkan, anak yang bukan Anak Berkebutuhan Khusus saja harus sekolah jika ingin jadi Insinyur, jadi Profesor, begitu juga dengan anak saya,” timpal Hasanah atau yang lebih dikenal dengan panggilan Mama Yadi ini.***

Halaman:

Tags

Terkini