GORAJUARA - Kepolisian saat ini tengah menyelidiki catatan surat-surat yang ditemukan di lokasi kejadian penembakan Kantor MUI Jakarta yang dilakukan tersangka Mustopa.
Penyeldikan kasus penembakan Kantor MUI melibatkan Polda Metro Jaya bersama dengan Polda Lampung serta pihak lain seperti Asosiasi Psikologi Forensik, Laboratorium Forensik.
Dalam keterangannya pada wartawan, Rabu (3/5/2023), Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, polisi menganalisis surat-surat yang ditemukan untuk pendalaman lebih lanjut.
“Pada kesimpulan awal sementara itu yang telah disampaikan oleh Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya tentu catatan-catatan, alat bukti yang ada di TKP ini menjadi bagian untuk kita lakukan analisis pada proses penyelidikan," jelas Trunoyudo.
Terkait dengan itu, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya bersama dengan Polres Metro Jakarta Pusat bertolak ke Lampung untuk berkoordinasi dengan Polda Lampung untuk menelusuri profil Mustopa yang berdomisili di Lampung.
"Tentu ini adalah merupakan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh penyidik dari Polda Metro Jaya bersama-sama dengan Polres Metro Jakarta Pusat,” jelasnya.
Diberitakan sebelumnya, temuan mengejutkan didapat polisi saat menyelidiki motif Mustopa menembaki kantor MUI Jakarta, Selasa kemarin. Pelaku penembakan ternyata ingin diakui sebagai wakil nabi.
Terkait dengan itu Mustopa akan melakukan kekerasan terhadap pejabat-pejabat jika dirinya tidak diakui sebagai wakil nabi.
Menurut Dirreskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi, pada wartawan, terungkapnya keinginan Mustopa mendapat pengakuan menjadi wakil nabi, berdasarkan alat bukti berupa surat-surat ataupun tulisan-tulisan milik tersangka.
Baca Juga: Terkuak! Amanda Manopo Blak-Blakan Ungkap Kriteria Pria Idaman, Arya Saloka?
“Dalam surat tersebut, salah satunya tertulis yang bersangkutan berdasarkan hadist di akhir zaman ada 73 golongan dalam Islam, dan hanya ada 1 golongan yang diakui dan itu adalah ‘saya sebagai Wakil Tuhan’,” kata Hengki.
