GORAJUARA - Pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi Covid-19 banyak menyisakan masalah yang tidak mengenakan bagi dunia pendidikan.
Banyak berbagai kendala yang muncul, terutama menurunnya semangat belajar para peserta didik.
Wakil Kepala SMP Negeri 1 Situraja Bidang Kurikulum, Darwita, S.Pd., menyebutkan, kendala terbesar dalam pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah motivasi peserta didik untuk belajar sangat kurang, karena komunikasi antara peserta didik dengan guru sangat terbatas.
Baca Juga: Ini 5 Tempat Wisata di Kota Bandung yang Dibuka Saat Nataru, Simak Apa Saja
“Kendala lainnya, karena tidak semua orang tua siswa mampu membimbing dan mengarahkan anaknya untuk belajar,” katanya.
Menyikapi hal itu, tegas Darwita, sebagai solusinya di SMP Negeri 1 Situraja, wali kelas selain membuat Grup WhatsApp (WA) peserta didik, juga membuat Grup WA orang tua siswa.
Grup WA tersebut, katanya, dapat digunakan untuk menyampaikan informasi-informasi dari sekolah kepada orang tua siswa, seperti jadwal pelajaran, kehadiran peserta didik, tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Baca Juga: Aktris Tissa Biani Berikan Dukungan Moral kepada Rizky Nazar, Semangat Kak Iky, Yok Bangkit
“Sehingga orang tua siswa minimal mengetahui apa yang harus dikerjakan oleh anaknya, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengarahkan, serta membimbing anaknya untuk belajar,” ujarnya.
Dalam mengatasi perubahan karakter, terutama menurunnya semangat belajar di kalangan peserta didik, jelasnya, kami bersama jajaran wakil kepala sekolah, wali kelas, guru BP/BK dan semua guru mata pelajaran selalu berupaya semaksimal mungkin memberikan arahan kepada peserta didik.
“Kami selalu menekankan kepada peserta didik bahwa pendidikan itu sangat penting, juga menjalin komunikasi dengan orang tua peserta didik, khususnya yang mengalami kendala,” ucapnya.
Baca Juga: Satpol PP Tongkrongi Destinasi Wisata di Kota Bandung Saat Natal dan Tahun Baru
Untuk mendorong kembali peserta didik semangat belajar, tambah Darwita, banyak inovasi yang kami lakukan untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik, salah satunya melaksanakan pembelajaran secara hybrid.
“Melalui metode hybrid peserta didik lebih bersemangat dalam belajar, karena semua peserta didik, baik yang di sekolah maupun yang di rumah dapat berinteraksi langsung dengan guru dan sesama temannya,” tuturnya.
Dalam PTM Terbatas, menurutnya, di SMP Negeri 1 Situraja tidak ada kurikulum khusus. Kurikulum yang kami gunakan adalah kurikulum darurat sesuai dengan Kemendikbud nomor 719/P/2020.
Baca Juga: Perubahan Kulit Pada Ibu Hamil yang Harus Kamu Ketahui : Kelainan Pigmentasi
“Target kami selain menyelesaikan Kompetensi Dasar yang telah disederhanakan, juga memulihkan kembali semangat belajar, dan mengembangkan karakter peserta didik,” ujarnya.
Pada masa pembelajaran tatap muka terbatas, lanjutnya, kami memberikan porsi yang sama pada tiap mata pelajaran, yaitu 2 x 40 menit perminggu termasuk BP/BK.
“Dalam satu minggu kami menjadwalkan Senin sampai Sabtu masing masing 4 x 40 menit,” tandasnya.
Baca Juga: Chemical Peeling Marak Terjadi, Simak Penjelasannya
Strategi bidang kurikulum guna meningkatkan dan mengembangkan pendidikan karakter, tegas Darwita, di bulan pertama tatap muka terbatas kami tidak tidak menyampaikan materi mata pelajaran di kelas
“Tetapi memberikan materi penumbuhan budi pekerti, di antaranya akhlak dan budi pekerti, tata tertib sekolah, literasi kesehatan , literasi digital, BP/BK,” katanya.
Pada bulan berikutnya, lanjutnya, semua guru mata pelajaran sebelum mulai menyampaikan materi pelajaran diwajibkan memberikan materi yang dapat menumbuhkan karater dan semangat belajar peserta didik.
“Bahkan guru BP/BK diberikan waktu 2 x 40 menit untuk masuk kelas supaya lebih luasa dalam memberikan materi tentang pendidikan karakter,” bebernya.***