GORAJUARA - Ada aspirasi kelompok masyarakat mengusulkan agar kuota zonasi dalam PPDB dihilangkan. Kuota ini dianggap sebagai penyebab terjadinya pemalsuan kartu keluarga.
Terkait tuntutan ini, dikonfirmasi melalui telepon, Dr. Dudung Nurullah Koswara M.Pd. Ketua DPP AKSI mengatakan, “kuota zonasi dalam PPDB sudah sesuai dengan tuntutan zaman”.
Kemdikbud jangan menghilangkan kuota zonasi dalam PPDB. Hasil dari PPDB dengan kuota zonasi sudah mulai terlihat hasilnya. Kualitas sekolah mulai terlihat merata.
Baca Juga: Budaya Membaca Buku Di Kereta Api Masih Dilakukan Siswa-Siswi Jepang...
Saat ini dapat dilihat siswa-siswa berprestasi dalam berbagai bidang mulai bermunculan secara merata. Ini karena anak-anak berprestasi tidak memilih sekolah tertentu.
Anak-anak sekarang memilih sekolah berdasarkan kedekatan jarak dari rumah. Artinya anak-anak yang cerdas akademik dia akan memilih sekolah yang dekat rumahnya.
Berbeda dengan dulu, anak-anak cerdas akademik akan memilih sekolah tertentu sekalipun sekolahnya jauh dari rumah.
Baca Juga: Di Kota Bandung Peta Sekolah Berkualitas Mulai Merata... Ema Ema Harus Paham....
Otomatis anak-anak terbaik dalam akademik berkumpul di satu sekolah. Kebijakan zonasi telah menciptakan rasa adil bagi para pengelola pendidikan, guru dan kepala sekolah khususnya.
Kini tiap sekolah bisa saling bekerjasama karena memiliki masalah yang sama. Setiap sekolah menghadapi anak-anak dengan berbagai latar belakang kecerdasan.
Setiap guru di sekolah tidak bisa kerja monoton seperti dulu. Sekarang setiap guru di manapun harus memiliki kemampuan kreatif dalam membaca dan mengembangkan seluruh potensi anak-anak yang masing-masing berbeda.
Semua sekolah, kepala sekolah, guru, untuk mengembangkan berbagai potensi anak didik harus terus melakukan inovasi pembelajaran. Hal ini akan berdampak pada kualitas layanan.