GORAJUARA - Kritikan Guru Gembul terhadap lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan guru adalah fakta. Guru Gembul mengatakan kenapa guru digaji murah, karena tidak kompeten.
Kritikan Guru Gembul dalam sebuah talk shaw yang diadakan IKA UPI Bandung, sangat menyakitkan. Namun bukan untuk diratapi tapi itulah realitas dunia guru yang harus diperbaiki.
Di lapangan guru-guru mengalami kesulitan untuk membuat soal-soal evaluasi yang menguji nalar dengan meniru soal PISA. Beberapa guru ada yang meniru saja tidak bisa.
Baca Juga: Apa Yang Dimaksud Kualitas Pendidikan...
Di dalam rapat, jarang sekali guru yang mengemukakan gagasan untuk mencapai program. Secara tidak sadar guru masih berani bicara dan isinya keluhan.
Jarang sekali guru yang berani mengemukakan gagasannya di dalam forum. Guru kadang ada yang malu-malu jika diminta pendapat.
Ada juga guru yang memosisikan diri sebagai junior yang tidak boleh melangkahi seniornya. Ada guru yang tidak bisa membedakan mana ranah profesinya, dan mana ranah regulasi.
Ada juga guru-guru yang pandai berkolaborasi dalam tim. Mereka berani ambil risiko dengan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Baca Juga: Diskusi Konstruktif Anggota AKSI...Usulkan Perlunya Wakasek di SD...
Guru-guru yang berani ambil risiko pekerjaan, biasanya mereka sudah punya pengetahuan dari pengalaman yang dialaminya. Guru yang berani ambil risiko biasanya kreatif dalam bekerja.
Guru-guru yang berani ambil risiko, dia tidak pernah bicara keluhan, minimalnya dia memberi solusi dari pengalaman yang pernah dilakukannya dalam menyelesaikan masalah.
Guru-guru kreatif selalu mencari cara untuk menghargai anak-anaknya sekecil apapun. Memberi penghargaan dengan sebatang coklat, permen, acungan jempol, dilakukan untuk mengapresiasi.
Baca Juga: Sekarang Sekolah Bukan Faktor Utama Penyebab Sukses... Guru dan Siswa Penyebabnya...
Guru-guru di abad 21 sekarang harus seperti ibu dan bapak kandung bagi anak-anaknya. Sebagai bapak dan ibu kandung yang baik, tidak pernah merendahkan dan mengabaikan nasib anaknya.