GORAJUARA,- “Menikmati atraksi wisata paralayang di atas Pantai Pandawa bersama pilot profesional, I Ketut Manda dari Timbis Paragliding Bali adalah pengalaman yang penuh sensasi di antara takut dan senang beraduk jadi satu”, demikian kesan Joses Immanuel Souhoka sesaat setelah mendarat di landasan Timbis Paragliding.
Sebelum terbang, sempat takut. Tapi atas rayuan bapaknya, ia memberanikan diri. “Eh, ternyata seru! Melihat Pantai Pandawa dari udara berpadu dengan tebing bermusik ombak berbuih dan berpasir putih. Sungguh anugrah Ilahi. Luar biasa!”, tambah Joses.
Kehadiran Joses di Timbis Paragliding bersama keluarga dalam rangka liburan 3 hari di Bali, 22 – 24 Juli 2022.
Baca Juga: Cesc Fabregas Dikabarkan Bakal Bermain di Como dan Bertemu dengan Legenda Sepak Bola Indonesia
Sebelumnya, Jhon, bapak Joses juga sudah menikmati atraksi paralayang ini tiga bulan silam, dengan pilot I Ketut Manda, pula.
“Sebenarnya, saya ingin memberikan kesempatan kedua anak untuk terbang layang, tetapi karena takut, cukuplah Joses saja yang terbang. Terbang menambah pengalaman dan menambah cerita dan berita kepada kawan”, kata Jhon yang tiga tahun lagi memasuki masa purnabakti di Itjen Kemendikbud Ristek.
Selama tiga hari di Bali, Jhon sekeluarga sudah menikmati Pantai Kuta, kuliner Bali, Pantai Pandawa, Pantai Melasti, Kecak Uluwatu, tentu saja indahnya Tol Bali Bali Mandara yang letaknya berdekatan dengan Bandara Ngurah Rai Denpasar.
Menurut Jhon, Indonesia bersyukur punya Bali yang alam, budaya, agama, adat, dan tradisinya menyatu. Menjadi daya tarik tersendiri yang tidak dipunyai daerah lain. Ini harus dijaga dan terus dikembangkan untuk pariwisata berkelanjutan.
Pengakuan demikian, tidak hanya oleh Jhon yang asal Maluku, merantau dan menetap di Jakarta karena tugas di Kemendikbud Ristek, sejak tamat SMA 1986.
Berkali-kali pengakuan serupa ditujukan kepada Bali, entah oleh pelancong domestik bahkan mancanegara. Dari kelas pejabat, artis, politikus, sampai masyarakat kebanyakan mengakui Bali mampu menghipnotis dunia.
Begitu pula pengakuan orang-orang luar Bali yang sempat menikmati sensasi berparalayang di Timbis Paragliding. Sebagai tempat atraksi paralayang, Timbis Paragliding tiada duanya di dunia.
“Hanya saja musim terbang di sini, biasanya mulai Maret – Oktober/November sesaui dengan arah angin”, kata pilot I Ketut Manda yang melayani para tamu terbang dengan pendekatan humanis selaras dengan sapta pesona, sejak 1995 silam.
