Akhir yang Sedih atau Bahagia dalam Sebuah Cerita, Mana yang Lebih Baik  

photo author
- Jumat, 22 Oktober 2021 | 11:00 WIB
Happy ending atau sad ending dalam sebuah cerita, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. (lingkarkediri.pikiran-rakyat.com)***
Happy ending atau sad ending dalam sebuah cerita, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. (lingkarkediri.pikiran-rakyat.com)***

 

GORAJUARA - Akhir dari sebuah cerita bisa berupa kebahagiaan (happy ending) atau kesedihan (sad ending).

Misalnya sebuah cerita berakhir dengan kematian tokoh utama, maka kita akan terbawa emosi, bahkan marah-marah.

Itu karena pembaca atau penonton mengeluarkan emosi negatif ketika memproses cerita. 

Intinya, mereka tidak menyukai bagaimana cerita itu berakhir.

Tidak menyukai disini bukan berarti kecewa. Selagi tujuan utama tokoh tercapai, pembaca tidak akan merasa kecewa.

Karena, ketika marah ataupun sedih, mereka akan cenderung menceritakan hal tersebut pada orang lain.

Baca Juga: Dorong Industri Dalam Negeri, Realisasi TKDN PLN di Proyek Kelistrikan Capai Rp 35,32 Triliun   

"Kenapa sih dia harus mati?!" dan sebagainya.

Ketika pembaca atau penonton mendapatkan kesan negatif dari suatu cerita, maka ia akan mengingat kesan tersebut.

Jangka waktunya relatif, tapi pasti seperti itu. Makanya ada pepatah jika manusia cenderung mengingat hal-hal jelek, padahal ada kebaikan juga di sana.

Kesimpulannya, sad ending sangat melekat di hati pembaca karena kita membuat mereka berpikir, mereka 'teracuni' pikirannya oleh akhir cerita yang kita buat.

Cerita yang kita buat akan melekat di hati mereka untuk waktu yang lama.

Bahkan, da kemungkinan mereka akan membagi cerita tersebut ke orang lain juga.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Abu Rahma

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini