GORAJUARA - Sebuah kuesioner mengenai kesehatan mental yang dibuat oleh Holmes dan Rache, pasangan psikologi asal Amerika, menuai kontroversi.
Kedua psikolog itu berkolaborasi untuk membuat suatu penelitian social, di mana penelitian ini bernama social readjustment rating scale (SRRS) yang mengidentifikasi bahwa ada beberapa peristiwa besar dalam hidup yang dianggap menyebabkan stres bagi seseorang.
Setidaknya ada 41 aspek penyebab stres yang disimpulkan dari penelitian ini.
Bagi orang dewasa, lima aspek tertinggi diduduki oleh meninggalnya pasangan, perceraian, perpisahan atau masalah rumah tangga, masalah hukum, dan meninggalnya anggota keluarga.
Baca Juga: Produksi Buah Naga Sugiono Naik, 20 Petani Lain Ingin Meniru Pakai Listrik PLN
Sementara empat aspek tertinggi bagi anak-anak diduduki oleh pernikahan dini, hamil di luar pernikahan, aborsi, dan adaptasi dengan lingkungan baru.
Dari penelitian tersebut, bisa kita tarik kesimpulan bahwa akan selalu ada masalah baru yang menjadi tantangan bagi hidup kita.
Masalah-masalah ini akan menjadi motivasi jika kita bisa menyikapinya dengan baik.
Pada dasarnya, nenek moyang kita membuat suatu standar sederhana mengenai definisi hidup sukses.
Mereka membuat patokan usia dan pernikahan serta pekerjaan di umur tertentu, yang pada dasarnya ini merupakan tekanan tersendiri bagi generasi di atas kita.
Baca Juga: Pemprov Jabar Berniat Tawarkan Dua Kawasan Industri Rebana Kepada Investor Timur Tengah
Permasalahan yang terjadi saat ini, standar tersebut masih dipakai di Indonesia.
Akan tetapi, selain itu, standar sukses generasi milenial pun bertambah dengan adanya stigma mengenai kesuksesan yang disesuaikan dengan perkembangan.
