GORAJUARA - Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Sehingga, anak yang mengalami stunting lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Umumnya stunting disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Faktor lingkungan yang berperan dalam menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori, pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan, dan angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Baca Juga: 5 Langkah Mudah untuk Melindungi Kesehetan Mata, Yuk Simak Penjelasannya!
Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi.
Berdasarkan indeks Tinggi Badan per Umur (TB/U), menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 angkanya mencapai 37,2 persen atau sekitar 8,8 juta balita Indonesia mengalami stunting.
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO (20%). Tahun 2015 Indonesia tertinggi ke-2 dibawah Laos untuk jumlah anak stunting.
Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta atau 37 persen balita Indonesia mengalami stunting (kerdil).
Anak balita dengan stunting, selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki kecerdasan yang lebih rendah dari anak balita normal. Selain itu, anak balita stunting lebih mudah menderita penyakit tidak menular ketika dewasa.
Dengan menanggulangi stunting pada si Kecil sejak dini, Ibu turut meningkatkan kualitas hidupnya di masa depan.
Baca Juga: Amoxicillin: Kegunaan, Cara Pakai dan Efek Samping
Status gizi buruk pada ibu hamil dan bayi merupakan faktor utama yang menyebabkan anak balita mengalami stunting.