GORAJUARA - Siapa yang tidak kenal dengan perempuan manis seorang presenter, jurnalis juga aktivis ternama Najwa Shihab atau biasa disapa dengan nama bekenya Mbak Nana.
Baru-baru ini ramai diperbincangkan tentang kasus KDRT yang menimpa salah satu penyanyi dangdut terkenal di Indonesia. Banyak dari kalangan selebrita maupun masyarakat Indonesia memberi tanggapan tentang hal itu, tak luput Najwa Shihab juga ikut mengomentari masalah tersebut.
Dalam Kanal YouTube komedian Kiky Saputri kata Najwa Shihab “Cuma ya menurutku batasan kekerasan, kekerasan itu sesuatu yang sama sekali tidak bisa ditolerir”.
Baca Juga: Warganet Boikot Lesti Kejora dari Semua Acara TV Nasional, Usai Memilih Damai dengan Pelaku KDRT
Rumah tangga pada dasarnya memang mempunyai ujian masing-masing, tapi kalau sudah menyangkut kekerasan baginya tidak bisa ditolerir bahkan dimaafkan.
“Aku merasa setiap rumah tangga pasti punya persoalan masing-masing ya dan kita nggak akan pernah tau apa yang orang alami dalam rumah tangga” ucapnya.
Masalah rumah tangga tidak mengenal kasta maupun lama tidaknya sebuah pernikahan. Baginya setiap rumah tangga memiliki masalahnya masing-masing.
Baca Juga: Diboikot Stasiun TV Tidak Boleh Tampil Karena Kasus KDRT, Rizky Billar : Banyak Orang Menyukai Saya
Jurnalis yang merupakan istri dari seorang lawyer ini mengatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga itu diibaratkan seperti gunung es.
“Korban takut melapor, kerap kali distrigma inisalahnya perempuanya. Jadi, ini memang isu yang sangat sensitif” pungkasnya.
Dia berharap bahwa semua orang harus memiliki persepsi yang sama tentang kekerasan dalam rumah tangga, yaitu selalu mempercayai dan berpihak pada korban. Karena pada dasarnya seorang korban mempunyai rasa takut untuk melaporkan nya, sehingga kita sebagai orang disekelilingnya harus percaya serta memihaknya.
Baca Juga: Kiki Amalia Beri Tips dan Edukasi Cara Bisa Bangkit sebagai Korban KDRT dan Perselingkuhan
“Defaultnya adalah selalu percaya kepada korban, selalu ada pihak korban” tambahnya.
Mbak nana juga menyambungnya bahwa “itu default yang persepsinya kita harus samakan dulu, karena sangat sulit bagi korban untuk berbicara, apalagi rumah tangga”.