"Jadi kalo ga ada kritik, mana mungkin saya bisa berkaca tindakannya salah / benar. Karena yg menilai diri kita kan tentunya orang lain.
"Kalo kata bapak saya, dalam bahasa Jawa begini: 'Wong jenenge menungso, ra mungkin 100% bener, kudu enek sing ngelingke'," sambungnya.
Baca Juga: Mitsubishi Pajero Sport: Simak Kekurangan dan Kelebihan Mobil Ini Sebelum Membelinya
Dokter Tirta juga mengungkapkan bagaimana cara menanggapi kritik dari pasien.
"Ketika ada pasien kritik, kita bisa terima / tidak. Jangan buru2 membantah / dibantah.
"Tanyakan pada diri kita 'pernah ga kita begitu?', Kalo pernah, yowis. Perbaiki..
"Nek ga pernah? Alhamduillah. Sae! Top," kata dokter Tirta.
"Alhamdulillah begitu ajaran dosen saya di ITB (Bu Yuni nama dosennya) di salah satu matkul beliau dan ajaran bapak saya. 'Manusia itu ga mungkin bener terus', seringnya kita tersadar justru dari kritikan orang lain," tambahnya.
Tidak hanya itu, dokter Tirta juga memberikan alasan kenapa rumah sakit di luar negeri banyak dipuji.
"Satu lagi, kenapa rs luar negeri dipuji begitu? Ya karena 'trust', customer relationship-nya = bagus.
"Ketika trust = maka pasien akan lebih percaya dan optimis sembuh. Materi mengenai 'customer relationship' aja bahkan dibahas sendiri di matkul s2 marketing lho," ujar dokter Tirta.***