Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh fitnah tersebut terhadap kondisi mental Betrand.
"Dia kayak narik diri, jadi takut, kayak kemarin ada kamera gini aja kayak (trauma)," kata Sarwendah.
Ini menunjukkan bahwa efek psikologis dari tudingan negatif benar-benar meresap dalam diri Betrand.
Sebagai tanggapan terhadap tudingan yang menyudutkan, Sarwendah sempat melayangkan somasi kepada akun haters yang menyebarluaskan berita fitnah tersebut.
Meski demikian, upaya hukum ini belum sepenuhnya membuahkan hasil yang memuaskan.
"Memang saya juga berharap (Ruben Onsu) sebagai kepala keluarga bisa juga membantu menyelesaikan masalah ini juga. Ya tapi kan itu hak sepenuhnya dari RO," ujar Chris Sim Siwu, ditemui di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada 15 Mei 2024.
Chris menambahkan, "Kalaupun dibantu sama orang sekitar nya alhamdulillah tapi deal-dealnya murni hanya dengan klien kami."
Hal ini menegaskan bahwa tindakan hukum untuk menanggulangi fitnah tidak hanya melibatkan Sarwendah, tetapi juga memerlukan dukungan penuh dari Ruben Onsu sebagai kepala keluarga.
Kasus ini juga menggarisbawahi dampak serius dari fitnah dan berita palsu di media sosial terhadap kesehatan mental seseorang.
Ketersediaan informasi yang cepat dan luas seringkali menjadi pedang bermata dua, dengan berita negatif yang mudah menyebar dan berdampak pada orang-orang yang tidak bersalah.
Untuk Betrand Peto, dampak dari berita yang tidak benar ini sangat jelas terlihat, terutama dalam bentuk trauma yang dialaminya.
Penting bagi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyebarkan informasi dan memverifikasi kebenaran sebelum menyebarluaskannya.