GORAJUARA - Kasus tragedi Kanjuruhan menewaskan korban hingga 153 orang buntut dari kerusuhan antara suporter dan aparat usai pertandingan Liga 1 Arema FC vs Persebaya pada Jumat, 1 Oktober 2022.
Dikabarkan dari 153 korban tewas dalam insiden Kanjuruhan tersebut terdiri dari supporter, aparat hingga pihak kepolisian yang bertugas mengamankan kerusuhan.
Informasi penambahan korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan tersebut dibeberkan oleh Komisioner Komnas HAM, Beeka Ulung Hapsara.
"Hingga saat ini, sudah didapatkan informasi bahwa jumlah korban tewas sebanyak 153 orang," ujar Beeka Ulung Hapsara.
Baca Juga: Menyusul Lebih dari 127 Orang Tewas di Stadion Kanjuruhan Malang, PSSI Jadi Sasaran Kritik Netizen
Kerusuhan semakin tragis saat terjadi aksi lempar benda dari para suporter dan penembakan gas air mata puluhan kali dari aparat yang berusaha menyelesaikan kericuhan.
Jumlah korban tewas tersebut dinilai menempati posisi kedua dalam sejarah dunia Deadliest Soccer Matches (pertandingan sepak bola paling mematikan) setelah tragedi Peru VS Argentina pada 24 Mei 1964 sebanyak 328 korban.
Selain lebih dari 300 korban tewas, kerusuhan dalam pertandingan Peru vs Argentina yang terjadi di Stadion Nasional di Lima, Peru juga menyebabkan 500 orang lainnya luka-luka.
Kerusuhan suporter Peru tersebut dipicu setelah terjadi tindakan anulir dari wasit terhadap dua gol timnas mereka.
Tragedi di Stadion Nasional Peru tersebut dianggap sebagai tragedi paling mematikan sepanjang sejarah sepakbola.
Sedangkan dalam posisi ketiga terjadi dalam insiden Ghana, pada 9 Mei 2001 yang mencapai 126 korban tewas.
Kerusuhan tersebut terjadi di Accra Sports Stadium, saat laga pertandingan antara dua klub besar Afrika yaitu Hearts of Oak dan Asante Kotoko.
Hampir sama dengan insiden Kanjuruhan, kerusuhan di Ghana juga terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke beberapa supporter hingga meluas ke seluruh stadion.