GORAJUARA - Lebih dari 155 juta orang hidup dengan pendapatan kurang dari Rp 35 ribu (USD 2,15) per hari pada tahun lalu, kata Bank Pembangunan Asia.
Hampir 70 juta orang hidup dalam kemiskinan ekstrem di negara-negara berkembang di Asia pada tahun lalu akibat pandemi COVID-19 dan meningkatnya biaya hidup, menurut sebuah bank pembangunan yang berbasis di Filipina.
Lebih dari 155 juta orang menderita kemiskinan ekstrem di negara-negara berkembang di Asia pada tahun 2022.
Baca Juga: Mohamed Salah Dari Liverpool Menyetujui Kesepakatan Dengan Klub Saudi Al-Ittihad
Angka ini naik sebanyak 67,8 juta lebih banyak dibandingkan sebelum pandemi ini terjadi.
Hal ini diungkapkan oleh Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam sebuah laporan yang dirilis pada hari Kamis.
ADB memperkirakan pada tahun 2021 terdapat tambahan 75-80 juta orang yang terjerumus ke dalam kemiskinan ekstrem dibandingkan sebelum pandemi.
Baca Juga: Sinopis dan Trailer Film Sleep Call, Keras Hadapi Masalah Hidup yang Datang Malah Petaka!
Kemiskinan ekstrem didefinisikan oleh Bank Dunia sebagai seseorang yang hidup dengan pendapatan kurang dari Rp35 ribu (USD 2,15) per hari berdasarkan harga pada tahun 2017 dan disesuaikan dengan inflasi.
Meskipun ada harapan akan adanya kemajuan yang berkelanjutan dalam pengentasan kemiskinan, diperkirakan 30,3 persen penduduk kawasan ini – sekitar 1,26 miliar orang – diperkirakan akan hidup dengan pendapatan USD 3,65 - USD 6,85 per hari pada tahun 2030, kata ADB.
Bank maju yang berbasis di Manila ini merekomendasikan agar pemerintah di negara-negara berkembang di Asia – yang mencakup 46 negara di kawasan ini – memperkuat kesejahteraan sosial, meningkatkan akses terhadap layanan keuangan, berinvestasi dalam infrastruktur dan mendukung inovasi teknologi, dan solusi lainnya.
Baca Juga: BRI Tetap Optimis Melihat Indeks Bisnis, Ekspektasi Terhadap UMKM Terus Mengalami Peningkatan
“Asia dan Pasifik terus pulih dari pandemi COVID-19, namun krisis biaya hidup yang meningkat menghambat kemajuan dalam pengentasan kemiskinan,” kata Kepala Ekonom ADB Albert Park.
Park berharap dengan diperkuatnya jaringan pengaman sosial bagi masyarakat miskin serta mendorong investasi dan inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, maka kawasan di Asia dan Pasifik dapat kembali ke jalur yang benar. ****