news

70 Tahun Konferensi Asia Afrika, Prabowo Subianto Berkomitmen Perkuat Hubungan Indonesia-China

Minggu, 25 Mei 2025 | 21:23 WIB
PM China Li Qiang (kiri) bersama Presiden RI Prabowo Subianto di Istana Merdeka (Foto: Gorajuara/ dok: Tim Media Presiden Prabowo)

GORAJUARA - Presiden RI Prabowo Subianto menyoroti akar historis hubungan Indonesia-China saat menerima kunjungan Perdana Menteri (PM) Li Qiang di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu, 25 Mei 2025.

Tahun ini menjadi peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia - China serta 70 tahun Konferensi Asia Afrika yang bersejarah.

Saat menerima kunjungan dari Li Qiang, Prabowo mengaku bila hal ini menandakan hubungan baik dan erat antara Indonesia dan Tiongkok.

"Ini suatu kunjungan yang sangat penting menurut kami karena kunjungan Yang Mulia menegaskan persahabatan yang baik, yang erat, antara Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Indonesia, juga lebih penting antara rakyat Tiongkok dengan rakyat Indonesia," kata Prabowo.

Baca Juga: Sempat Tak Ingin Cerai, Akash Elahi Ngaku Diusir Venny Alberti hingga Terpaksa Tidur di Tempat Ini

Lebih lanjut, Prabowo menerangkan bila Indonesia dan Tiongkok punya sejarah yang panjang dan telah menjadi mitra yang memiliki hubungan startegis yang komprehensif.

Selanjutnya, Prabowo memastikan untuk terus mempererat hubungan antara Indonesia-China. 

"Saya tegaskan kembali komitmen kami untuk memperkuat kemitraan ini dengan Republik Rakyat Tiongkok dan dengan bangsa Tiongkok.

"Kami memandang hubungan ini akan membawa kebaikan, tidak hanya kepada kedua negara kita, tapi kepada seluruh kawasan Asia dan bahkan mungkin juga dunia," ujar Menhan RI 2019-2024 tersebut.

Baca Juga: BIKIN TERTAWA JIKA BERDUA! Warganet Rela Nonton Sampai Malam Demi Pasangan Devan dengan Alya

Dalam sejarah, hubungan diplomatik antara Indonesia-China resmi dibuka pada tanggal 13 April 1950.

Pada masa awal, kedua negara terbilang punya hubungan diplomatik yang cukup erat, terutama dengan adanya solidaritas Asia-Afrika yang dideklarasikan pada KAA Bandung pada tahun 1955.

Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Zhou Enlai memainkan peran penting pada masa-masa tersebut, di mana kedua negara mendukung gerakan dekolonisasi dan non-blok.***

Tags

Terkini