"Rasio Loan at Risk (LAR) tercatat membaik atau turun, dari semula 14,94% pada akhir Triwulan II 2023 menjadi 12,00% pada akhir Triwulan II 2024.
"Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) berada di kisaran 3,05% dengan rasio NPL coverage berada pada level yang memadai sebesar 211,60%," ujar Sunarso.
Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh 11,61% yoy menjadi sebesar Rp1.389,66 triliun.
Dalam hal ini, dana murah atau CASA (Tabungan dan Giro) masih mendominasi struktur DPK BRI, di mana porsi CASA mencapai 63,17% dari total DPK BRI.
Baca Juga: Mundur dari Pilkada Tangsel, Komika Marshel Widianto Dapat Komentar Ini dari Cesen: See You at...
Melayani masyarakat lebih luas dengan konsep hybrid bank
Sunarso menambahkan bahwa BRI terus berkomitmen untuk melayani seluruh lapisan masyarakat melalui strategi hybrid bank, di mana di antaranya adalah dengan adanya AgenBRILink dan super app BRImo.
"Hingga akhir Juli 2024, BRI telah memiliki lebih dari 1 juta AgenBRILink yang tersebar di 62 ribu desa.
"Jumlah tersebut tercatat telah meng-cover lebih dari 80% dari total desa di Indonesia.
"Adapun volume transaksi AgenBRILink selama Januari – Juli 2024 telah mencapai sebesar Rp899 triliun," imbuh Sunarso.
Di sisi lain, perseroan juga terus memperkuat ekosistem super app BRImo.
Hingga akhir Juni 2024, tercatat BRImo telah digunakan oleh lebih dari 35,2 juta user dengan volume transaksi mencapai Rp2.574 triliun atau tumbuh 35,81% yoy.
Baca Juga: Malam Jumat Nih Cuy! Cek 7 Rekomendasi Film Horor Netflix Paling Seru yang Wajib Kamu Tonton!
Strategi tumbuh berkelanjutan melalui Holding Ultra Mikro
BRI memiliki dua strategi untuk tumbuh secara berkelanjutan di masa mendatang.