“Sejak berdiri sampai saat ini banyak produk baru yang tersedia seperti yang sudah dijelaskan di atas. Utamanya sebelum melakukan penambahan produk baru, kami melakukan riset untuk menentukan kira-kira jenis produk apa yang paling tinggi timbulan sampahnya dan apakah bisa toko organis mengakomodir produk tersebut secara bulk,” terang Tiwi.
Baca Juga: Makanan Favorit Cawapres Gibran Tengkleng Rica Pak Manto, Inilah Harga Alamat dan Suasananya...
“Kalau untuk pengurangan produk, ada beberapa produk yang dulunya tersedia namun akhirnya kami tiadakan dengan alasan produk tersebut dikemas satuan dengan plastik sekali pakai, contohnya kamper kayu. Produk ini lumayan banyak dicari oleh konsumen kami dan sangat ramah lingkungan karena kamper tersebut terbuat dari kayu dan bisa langsung dikompos, namun dengan alasan tadi maka kami meniadakan produk ini,” bebernya melanjutkan.
Selanjutnya, ia menjelaskan di Toko Organis produk yang paling cepat laku itu adalah aneka toiletries terutama sabun pencuci piring dan sabun cuci tangan.
Lebih lanjut, Tiwi menyebut Toko Organis menjalankan konsep keberlanjutan (sustainable living). Seluruh produk di Toko Organis diproduksi dan dijual dengan menekan potensi sampah. Baik dari unsur produksi, hingga penjualan.
Toko Organis pun menyediakan kantong untuk dipinjamkan kepada pembeli, andai pembeli ini lupa membawa kantong belanja.
Menariknya, ketersediaan kantong belanja ini berawal dari kepedulian sesama pembeli di Toko Organis.
“Jadi pengunjung toko di sini jatuhnya kayak saling gitu. Ah, takut pengunjung lain lupa bawa kantong. Makanya mereka donasi kantong belanja untuk dipinjamkan,” ujar Tiwi.
Konsisten Beri Contoh
Sembilan tahun bukan waktu yang singkat untuk perjalanan Toko Organis. Tercatat sebanyak empat kali mereka berpindah lokasi. Sebelum menempati lokasi saat ini di Komplek Delima, Cikutra, terakhir, Toko Organis dikenal berlokasi di Jalan Batik Uwit.
Baca Juga: Pakai Chef Jacket di Top 5 MasterChef Indonesia Season 11, Dhifa Ungkap Hal Ini: Perasaan yang...
Meski begitu, konsistensi dan semangat Tiwi beserta tim di Toko Organis tak perlu diragukan lagi. Walau banyak konsumen datang dan pergi, namun pada akhirnya mereka yang benar-benar peduli akan lingkungannya akan terseleksi.
Tiwi juga menyebut, pada dasarnya bukan hal sulit menerapkan gaya hidup minim sampah. Hanya saja, karena pola pikir dan cara manusia memandang sampah sudah berlangsung cukup lama, menggeser kebiasaan menjadi gaya hidup lebih minim sampah akhirnya menjadi tantangan tersendiri.
Ia juga menjelaskan, gaya hidup minim sampah punya berbagai kelebihan. Dan ia merasakan manfaatnya ketika Kota Bandung mengalami masa darurat sampah akibat terbakarnya TPA Sarimukti.
“Sampah di depan rumah ini (sembari menunjuk tempat sampah berukuran sedang), kira-kira baru kita angkat setelah tiga, atau bahkan enam bulan. Dan enggak bau juga. Karena kita lakukan pemilahan,” ujar Tiwi.