Tidak berhenti di situ, Nadirsyah juga menuntut permintaan maaf resmi dari pihak Danone Indonesia, AQUA, dan CNN Indonesia.
“Saya meminta pihak Danone Indonesia, AQUA, dan CNN Indonesia meminta maaf secara resmi dan menghapus nama saya dalam pemberitaan tersebut,” tegasnya.
"Saya tunggu itikad baiknya," pungkasnya.
Danone Indonesia menjadi salah satu sasaran utama dalam gerakan boikot global, termasuk di Indonesia, karena dianggap memiliki keterkaitan bisnis dengan Israel.
Induk perusahaan AQUA, Danone SA yang berbasis di Prancis, diketahui memiliki saham di perusahaan makanan dan minuman yang merupakan market leader di Israel.
Gerakan boikot ini didorong oleh tuduhan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Gaza di Palestina, yang menewaskan sedikitnya 35.000 orang.
Baca Juga: Laga Sarat Dengan Drama! PERSIB Imbangi Bali United di Leg Pertama Semifinal Liga 1
Selama beberapa bulan terakhir, AQUA aktif melakukan kampanye untuk menepis anggapan bahwa mereka terkait dengan bisnis di Israel.
Salah satu langkah yang diambil adalah melalui iklan "Aqua 100% Indonesia" yang bertujuan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah perusahaan lokal, meskipun faktanya mereka merupakan bagian dari perusahaan asing, Danone.
Namun, upaya ini justru membuat mereka terperosok lebih dalam ketika ketahuan mencatut nama Nadirsyah Hosen tanpa izin dalam sebuah konten berbayar di CNN Indonesia.
Hal ini dianggap sebagai bentuk manipulasi informasi yang tidak hanya merugikan individu, tetapi juga menyesatkan publik.
Kontroversi ini membawa pelajaran penting tentang pentingnya etika dalam berbisnis dan komunikasi publik. Pencatutan nama tanpa izin, terutama oleh perusahaan besar, bisa berdampak serius terhadap reputasi individu dan kepercayaan publik.
Kasus ini juga menunjukkan bahwa upaya untuk menutupi atau mengaburkan fakta sering kali berujung pada konsekuensi yang lebih buruk.