Gorajuara – Dalam 10 minggu terakhir, setidaknya lebih dari 20.000 orang kini tewas di Gaza akibat peperangan antara Israel dan Hamas.
Diantara yang tewas yaitu 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita dalam serangan tersebut.
Peristiwa ini terjadi karena Israel terus membombardir wilayah di Gaza tanpa henti.
Selain itu Dewan Keamanan PBB yang selalu menunda pemungutan suara mengenai upaya untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza menjadi salah satu penyebab juga.
Hal itu dikarenakan Amerika Serikat selalu melindungi sekutunya Israel dengan menolak pemungutan suara resolusi gencatan senjata.
AS dan Israel menolak gencatan senjata karena beralasan jika itu terjadi, maka yang diuntungkan hanyalah Hamas.
Dilansir dari Al Jazeera oleh GORAJUARA, ketika ditanya soal jumlah korban yang terus bertambah di Gaza, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken hanya mengatakan Israel akan mengurangi pasukannya dan akan tetap fokus dengan pencarian terowongan kecil milik hamas.
“Kami ingin melihat operasi Israel yang lebih bertarget dengan jumlah pasukan yang kecil dan hanya fokus menangani kepemimpinan Hamas, terowongan dan hal penting lainnya,” kata Antony.
Sejak awal Desember serangan yang dilakukan Israel di Rafah sudah mendesak ratusan warga Palestina.
Diketahui Israel menyerang wilayah yang padat penduduk di wilayah tersebut dan sedikitnya 10 orang dinyatakan tewas.
Dan terakhir serangan udara pasukan Israel di kamp pengungsi Jabalia pada hari Rabu (20/12) sudah menewaskan 46 orang tewas dan puluhan lainnya terluka.
Saat ini, Israel juga sedang memantau bantuan kemanusiaan dan pengiriman bahan bakar ke Gaza.