GORAJUARA - KHR Asad Syamsul Arifin, putra dari seorang Kiai karismatik Madura bernama Raden Ibrahim atau lebih dikenal dengan KHR. Syamsul Arifin, Ibu beliau bernama Ibu Nyai Siti Maimunah.
Beliau lahir di Makkah pada tahun 1897 M/1315 H. di Syiib Ali. Sebuah perkampungan yang berada di dekat Masjidil Haram Makkah. Jaraknya sekitar 200 meter dari masjidil haram Makkah.
Beliau adalah putra pertama. Ketika beliau baru lahir, beliau langsung dibawa ke Ka’bah dan beliau diadzani oleh sang ayah.
Kiai Asad memulai pendidikannya sejak umur 13 tahun di Banyuanyar, dibawah Asuhan Kiai Abdul Majid dan Kiai Abdul Hamid. Beliau juga berguru kepada banyak ulama’. Diantara guru-guru beliau adalah Sayyid Abbas Al-Maliki, Syekh Muhammad Amin Al-Qhutbi, Syekh Hasan Al-yamani, Syekh Hassan al-Massad, Syekh Bakir, dan ulama’- ulama’ lainnya.
Baca Juga: Ini Keunikan Dakwahtainment Habib Ja'far yang Berbeda dari yang Lain
Dari sejak usia muda, Kiai Asad sudah terbiasa dengan perjuangan. Beliau juga turut serta membabat dan mendirikan pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Riwayat perjuangannya tidak hanya terbatas di barisan pesantren. Beliau juga turut serta membela dan menjaga kesaturan Republik Indonesia.
Beliau punya barisan tentara yang setia kepada beliau, yang biasa disebut dengan Barisan Pelopor. anggota pelopor rata-rata adalah seorang bajingan, yang kemudian berjanji untuk setia kepada Kiai Asad. Pelopor inilah yang turut serta ikut andil membela negara menemani Kiai Asad.
Salah satu perjuangan Kiai Asad adalah Kiai Asad mampu mengusir tentara jepang di Bondowoso dan menguasai amunisi yang ada markas Jepang waktu itu, di Garahan Silo Jember.
Baca Juga: Inilah Bagaimana Tata Cara Salat Gerhana, Yuk Langsung Simak Penjelasannya!
Dari saking hebatnya Kiai Asad, beliau mampu mengusir Jepang di Garahan hanya dengan gertakan saja. Dikisahkan, ketika Soerjadi, kepala Residen Bondowoso hendak mengusir Jepang, Jepang tetap bersih kukuh ingin tetap berada di Garahan. Mereka mengaku panglimanya sudah berkomunikasi dengan Soekarno. Bahkan tentara Jepang mengancam kalau tetap dipaksa untuk pergi dari markasnya, mereka tidak segan-segan akan menembak. Demikian juga tentara Jepang bersih kukuh menolak pergi ketika diminta oleh Kiai Munir.
Namun, ketika Kiai Asad meminta kepada tentara Jepang, masih terjadi perdebatan yang sengit. Pihak jepang tetap ngotot ingin bertahan di markasnya dengan dalih yang sama, Karena panglimanya sudah ada komunikasi dengan Soekarno. Kiai Asad tidak kehabisan akal. Dengan sifat kesatrianya, Kiai Asad langsung berteriak “Saya tidak tahu panglima, saya juga tidak tahu soekarno. Negeri ini milik bangsa Indonesia, Bukan milik jepang dan milik Soekarno. Dan kamu semua harus meninggalkan negeri ini.” Sentak Kiai Asad sambil mengebrak meja.
Akhirnya tentara jepang itu ciut dengan nyali Kiai Asad yang pemberani. Tentara jepang mulai ciut dan gemetar. Dan pada akhirnya mereka hari itu juga pergi meninggalkan Garahan Silo jember. Kemudian semua amunisi yang dimiliki Jepang, dikuasi oleh Kiai Asad dan barisan pelopor.
Tidak hanya itu pembelaan Kiai Asad terhadap negara, masih banyak kisah-kisah nyata yang terekam sejarah. Yang dengannya Kiai Asad kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional Oleh Bapak Presiden RI, Bapak Ir. Joko Widodo.***