GORAJUARA - Ketika air turun deras sederas-derasnya dari langit. Sementara dari arah bumi pun, air pun keluar dengan derasnya.
Terjadilah banjir bandang yang paling dahsyat dalam catatan sejarah manusia. Peristiwa ini terjadi di zaman nabi Nuh.
Nabi Nuh yang telah menyiapkan kapal besar dan menyelamatkan dirinya bersama orang-orang beriman.
Baca Juga: Istri Hyun Bin, Son Ye Jin Menunjukkan Beberapa Makanan yang Dimasak Sendiri
Sementara putranya tidak bersama dengan nabi Nuh di dalam kapal. Nabi Nuh mengajaknya untuk naik ke kapal.
Sementara dengan sombongnya, putra nabi Nuh menolak dan merasa yakin bahwa dirinya dapat selamat dari banjir, jika sudah berada di puncak gunung tertinggi.
Air banjir semakin meluap dan putra nabi Nuh ikut terseret banjir bandang itu. Nabi Nuh pun memohon kepada Allah agar menyelamatkan putra nabi Nuh.
Baca Juga: Nggak Pede Memulai Percakapan, Takut Boring? Yuk Simak Cara Gak Ngebosenin Saat Diajak Ngobrol
Allah pun menolak menyelamatkan putra nabi Nuh. Mengatakan pada nabi Nuh bahwa putranya itu bukan keluarganya, karena telah ingkar kepada Allah.
Allah pun menasehati nabi Nuh jangan sekali-kali meminta sesuatu yang tidak ada ilmunya.
رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ
Robbi innii a’uudzu bika an as-alaka maa laisa lii bihi ‘ilmun
Nabi pun berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikat) nya/tidak ada ilmunya.” (QS Hud (11):47)
Nabi Nuh menyangka permintaan agar putranya diselamatkan oleh Allah, sebagai permintaan yang wajar, permintaan yang benar. Tapi ternyata menurut Allah, permintaan nabi Nuh merupakan kesalahan.
