GORAJUARA - Hari raya Idul Adha tak lepas dari kisah teladan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Dalam kisah teladan tersebut, ada tiga hal paling menyentuh saat detik-detik Nabi Ibrahim akan menyembelih Nabi Ismail demi melaksanakan perintah Allah SWT.
Putra Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya dan sangat taat kepada Allah SWT. Kemuliaan akhlak Nabi Ismail AS kepada orang tuanya, sudah dia tunjukkan sejak usianya masih kanak-kanak.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, pada saat Nabi Ibrahim AS diperintahkan Allah SWT meninggikan kembali bangunan Ka'bah yang sempat rusak diterjang banjir bah pada masa Nabi Nuh AS, Nabi Ismail AS datang untuk membantu ayahnya, padahal saat itu usianya masih sekitar lima tahun.
"Kisah Nabi Ibrahim yang bagaimana Ismail As yang baru tumbuh usia 4 atau 5 tahun belum baligh, melihat bapaknya sedang bekerja atas perintah Allah, bergetar hatinya, tersentuh untuk menolong bapaknya, walopun ayahnya gak minta," ujar Ustaz Adi Hidayat seperti dikutip Gorajuara di akun YouTube Ceramah Pendek, pada Minggu, 3 Juli 2022.
Pada saat Nabi Ibrahim memperbaiki bagian Ka'bah yang rusak, Nabi Ismail mendatangi dan menawarkan bantuannya untuk membantu ayahnya tanpa dinasehati ataupun diminta terlebih dahulu.
"Saat akan meninggikannya (bagian Ka'bah yang rusak), qadarallah anaknya datang, bapaknya bekerja ia ingin menolongnya, perhatikan bukan dinasehati, bukan diminta, tapi anak tergerak untuk menolong bapaknya, datang anaknya bawa batu," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan, kemuliaan akhlak nabi Ismail yang paling dahsyat adalah ketika dia mematuhi perintah Allah SWT yang disampaikan melalui mimpi Nabi Ibrahim AS untuk menyembelihnya.
Baca Juga: Khofifah Ungkap Kondisi Eril di Kamar Jenazah: Menoleh ke Kanan Seperti Tahiyat Akhir
"Ketia dia mulai dewasa nalarnya matang apa yang terjadi? Bapaknya melihat dalam mimpi, papa lihat nak, dalam mimpi papa menyembelih kamu," ujar Ustaz Adi Hidayat.
Disebutkan Ustaz Adi Hidayat, Nabi Ibrahim AS ketika menyampaikan perihal mimpinya kepada Nabi Ismail AS dalam narasi bertukar pikiran atau pendapat, tidak dalam nada perintah atau memaksa anaknya.
"Papa lihat nak, dalam mimpi papa menyembelih kamu, ini kisahnya berbagi bapak dengan anak, berbagi pikiran, tukar pikiran, bagaimana pendapat ananda? 'Pendapat ananda' harus garis bawahi, bagaimana pendapat ananda?," ujarnya.
Seperti yang kita tahu, mimpi seorang Nabi dan Rasul itu pasti merupakan wahyu dari Allah SWT, dan sifatnya wahyu adalah harus segera dilakukan.
Namun cara Nabi Ibrahim AS menyampaikan wahyu tersebut kepada anaknya dengan cara yang santun, tidak memaksa kepada anaknya.